Jumat, 11 Oktober 2013

rencana cerpen baru

Haiii... kembali lagi sama saya, penulis sinting bin gila. ohhh yaa, saya udah punya RENCANA untuk membuat cerpen baru judulnya "Love from Rio" gimana ? gak mau kan ? oke, tidak akan di post. eh, bakal di post ding. gak tau kapan sih, nunggu modem abis demo dulu *plak* wkwkw... sekian, dan.... thank you.







Yang bertanda tangan dibawah ini....
Pacarnya Masboss :) salam dan undur diri.

Mak Comblang


HELLOOOOOO... PENULIS AJIB NAN ABAL BACK AGAINNN *teriakteriakpromosi* eh stelah 3 bulan gak nongol, gue bawa cerpen baru yang isinya menghancurkan mood anda untuk membaca. thanks.oh ya, ni cerpen hasil otak gue sendiri, bukan copas ide dari cerbung Mak Comblang laenn *kayak yang di Raffendo*

“Fy... gue ya, sama si Lintar” ujar Nova sambil menatap Ify penuh harap. “oke...” Ify kemudian mengacungkan 2 jempolnya pada Nova, lengkap dengan senyum. “thank’s Fy... gue do’ain kerja sampingan lo itu makin sukses dehh” Nova terlihat sangat senang. Ify hanya mengangguk mengamini. “gue ke kantin dulu ya.. untuk imbalannya, terserah lo deh. daa...” ucap Nova sambil berjalan menuju kantin sambil bersenandung kecil. Ify mencatat beberapa hal penting yang ia ketahui tentang Nova maupun Lintar.
Alyssa Saufika Umari. Nama itu begitu terkenal di Global Nusantara International School. Bagaimana tidak, ia dikenal sebagai mak comblang nomor satu di kompleks Global Nusantara. Guru-guru juga mengetahui kerja sampingan gadis berbehel ini. Pelanggan Ify tidak pernah kecewa, karna siapa pun targetnya pasti bisa diatasi. Ya, kecuali jika si target udah punya pacar. Saking hebatnya, beberapa hari lalu ada seorang anak SD kelas 3 minta di comblangin sama anak SMA. Dengan lembut, Ify menolak permintaan anak itu. Oh ya, walaupun ia adalah mak comblang, tapi gadis ini belum pernah merasakan yang namanya pacaran ataupun jatuh cinta. Dia juga mempunyai musuh nomor satu, yaitu Mario Stevano. Pemuda tampan, berkulit hitam manis, bertubuh jakung dan tegap, serta memiliki senyum khas yang bisa membuat cewek-cewek ber‘melted’(?) ria. Oke, sekian.
Hari ini, Ify datang kesekolah sambil senyum-senyum sendiri, mengingat misinya untuk mencomblangkan Nova dan Lintar sukses tanpa ada halangan apa pun. Saking senengnya, Ify sampai-sampai sempat menyapa kepada setiiap orang yang lewat. “pagi pak Bryan... sukses kerjanya ya, hari ini” sapanya pada pak Bryan, si penjaga sekolah, lengkap dengan senyuman khasnya. Setelah itu,ia kembali melangkahkan kakinya menuju kelasnya sendiri. “pagi bu Nia. Semoga dagangannya laku semua yaaa” ujarnya ketika berpapasan dengan bu Nia, salah seorang penjual dikantin sekolahnya. Bu Nia hanya membalas sapaan gadis itu dengan senyuman hangat. Ketika hampir tiba dikelas, ia melihat beberapa guru dan seorang siswa sedang berbincang-bincang. Karena dipengaruhi moodnya yang sedang super seneng, ia menyapa satu-satu orang disitu tanpa ada yang terlewat. “Pagi pak Christo, Bu Talitha, bu Virgin, pak Glen, Mar...” ucapan Ify terhenti ketika melihat orang terakhir itu. Dia adalah musuh terbesarnya. “Hey ! kok lo ada juga sih ?!” “suka-suka gue dong.” “tapi kelas lo bukan disini, peseekkkk” “kelas gue disini, beheeelll” “HAH ? KOK BISA ?” Ify sangat-sangat dan sangat terkejut. “biasa aja, neng. Gue nggak bakal makan lo kok” balas Rio santai sambil memasukan kedua tangannya disaku celana SMA-nya. Sehingga dia terlihat lebih cool.“dikelas gue ada murid pindahan baru. Dia maunya gue yang pindah, ya udah, gue nggak mau panjangin masalah, gue turutin kemauannya” ujar Rio tanpa dosa. “tapi nggak disini juga kan” “ya, dia maunya dikelas sini” “eh.. bentar, bentar... kata lo, murid baru ? laki-laki, perempuan ? sipit, belo ? putih, item ? tinggi, pendek ? gendut, kurus ?” tanya Ify bertubi-tubi. Rio hanya melongo kaget mendengar pertanyaan gila gadis manis ini. “santai, neng. Nanya satu-satu dong. Orangnya, tinggi, sipit, putih, agak kurus, laki-laki” Rio mendetailkan orang itu.  Mendengar itu, wajah Ify langsung berubah senang. Tak ada guratan emosi di wajahnya. Rio sampai terpana dibuatnya. Cantik alami batin Rio. Tanpa hitungan detik, Ify langsung menarik tangan Rio. Terkejut. Itulah satu kata untuk menggambarkan ekspresi Rio saat ini. “Anterin gue ke orangnya” ujar Ify semangat. “lepas dulu” “lepas ? apaan ?” Ify terlihat bingung dengan kata yang barusan diucapkan oleh Rio. Rupanya, ia tak menyadari apa yang sedang digenggamnya kini. “cari tau aja ndiri” balas Rio cuek. Padahal, dalam hatinya, ia sudah menertawakan kepolosan Ify. “lepas ya ? kalo megangkan pake tangan...” Ify melirik ke arah tangannya, lalu matanya melotot kaget. Ia pun segera melepas genggamannya pada tangan Rio. Seketika itu, pipinya menjadi merah merona.ia merasa sangat malu. Menyadari hal itu, Rio langsung menyindirnya “ehem.. udah malunya ? makanya, kalo mau megang tuh, liat-liat dulu” nasihat Rio. “lo pikir mau nyebrang, liat-liat dulu. Itu r-e-f-l-e-k-s, refleks... Mario Bross” ujar Ify sambil mengeja kata ‘refleks’. “Oh” respon Rio cuek dan dingin. Memang apa yang ada di batin seorang Mario sangat bertolak belakang dengan apa yang keluar dari mulutnya kini. Ia sudah ngakak melihat ekspresi Ify yang berlebihan (menurutnya). “ishh..” mood Ify kembali berubah. Ia menjadi sangat kesal dengan sifat cuek dan dingin Rio yang bisa kambuh kapan saja. Dengan kesal, Ify berjalan menuju kelas XI IPA 2, yang merupakan kelas Rio dulu. Dari belakang, Rio mengikuti Ify. Ify menghentakkan kakinya sambil mengomel-ngomel.
Ketika tiba di kelas XI IPA 2, Ify langsung berlari menuju seorang laki-laki yang sedang duduk mendengarkan musik. “Heyyyy....” sapa Ify. Lelaki itu tak menyadarinya. Ify menjadi kesal, lalu melepas paksa earphone putih milik laki-laki itu. “Heh ! apa-apaan lo ?!” bentak cowok itu sambil menunduk membereskan kabel earphone miliknya yang sudah terkali-kali(?). ia mengangkat kepalanya lalu melongo tak percaya. “IFY ?” kaget cowok itu hingga membuat sekelas menoleh padanya dan Ify. “hello... kodok gila... kaget ya, liat nona manis ?” ujar Ify pada si kodok, eh, pada si cowok. “cih.. nama gue ALVIN bukan kodok !” laki-laki itu atau tepatnya Alvin memandang Ify dengan tatapan tak suka. “hehee.. candaaa.. candaa.. peacee...” Ify cengengesan sambil mengangkat 2 jarinya. “hm..” respon Alvin. “btw, lo tinggal dimana Pin ?” “apartemen dulu” “oh..” mereka terus bercerita tanpa menyadari Rio yang melihat semua itu sudah kepanasan(?) alias cemburu. ‘Ify ada apa yak sama dia ?’ batinnya sambil berjalan santai kekelas barunya. Selama diperjalanan, Rio membawa aura neraka yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya merinding ketakutan. Tangannya ia kepalkan kuat-kuat.
TENG TENG TENG TENG...
Lonceng berbunyi pertanda pelajaran pertama akan segera dimulai. “kodok, gue balik dulu ya.. bye” ujar Ify sambil melangkah kekelasnya. Alvin hanya mengangguk kecil. Selama diperjalanan, Ify terus bersenandung senang. Akhirnya gue bisa ketemu sepupu culun gue... hahaha..
***
Setelah tiba dikelas XII IPA 1 –kelas Ify-, Ify langsung duduk manis ditempatnya. Tak lama kemudian, Pak Duta masuk bersama Rio. Melihat itu, anak-anak perempuan langsung histeris sendiri.
“KYAAA, sekelas sama Rio !!! aaahhh... gue nggak mimpikan ?”
“hey, pinjem kaca sama sisir lo dong.. cepet”
“eh, dandanan gue gimana ? rapi nggak ?”
Kira-kira begitulah suara-suara anak perempuan dikelas itu. Ify hanya melengos malas. Ia mengedarkan pandangannya kesamping kiri dan melotot kaget ketika melihat Dea dengan PD-nya berbicara dengan tembok disebelahnya. “hay Rio. Aku Dea Christa.. panggil Dea aja... kamu tau nggak ? aku tuh nge-fans banget sama kamu.. aduh, aku jadi malu” ujar Dea pada tembok itu dengan semburat merah di pipinya serta tangan yang ia angkat keatas, seolah-olah sedang berbicara dengan orang. Ify hanya tertawa kecil.
“DIAM !” bentak pak Duta sambil menghentakkan kakinya di lantai kelas. Sontak, semuanya kaget lalu diam. “bagus... Rio, selamat datang dikelas yang baru, kelas XI IPA 1. Saya pikir, semua sudah mengenal siapa murid ini. Kamu duduk disamping Ify sekarang” ujar Pak Duta selaku wali kelas XI IPA 1. “baik pak” Rio lalu berjalan kearah Ify.
Hening...
Ify sibuk melamun. Ify menyanggah kepalanya dengan tangan kanannya. Kenapa gue bisa sekelas sama si pesek ya ? pertanyaan itu selalu berputar-putar diotak Ify. Tanpa disadarinya, Rio sudah duduk menempati bangku disebelahnya. Ify tersadar dari lamunannya lalu menengok kearah sebelah kiri, di tempat duduk yang (tadinya) kosong. Matanya melotot, mulutnya pun terbuka lebar. Ia benar-benar kaget.
1detik...
2detik...
3detik...
“KOK LO DISINI SIHH ? PINDAH !!” teriak Ify dengan suara toa-nya. Siswa cewek kaget, karena bisa-bisa-nya Ify menolak sebangku sama prince Global Nusantara SHS itu. Ckck... benar-benar suatu keajaiban. Rio hanya menatap Ify sinis lalu menunjuk kearah pak Duta. “tanya aja sama pak Duta” ujarnya santai, tapi tetap cool. Ify mengedarkan pandangannya menuju pak Duta. “Pak Duta... kok Rio di..” “DIAM ALYSSA” omongan Ify terputus dengan sekali bentakkan guru Kimia-nya itu. Ify langsung duduk manis dengan diam. Disampingnya, si Rio hanya tertawa kecil melihat adegan itu. “apa lo ?” tanya Ify jutek. “nothing” Rio lalu fokus mendengarkan penjelasan pak Duta. Ify hanya mendengus kesal.
***
SMA Global Nusantar sudah pulang sejak 1 jam yang lalu. Nampak seorang gadis sedang duduk bersantai di pinggiran kolam berenang mini. Gadis itu memakai kacamata berwarna hitam, juga topi tamasya berwarna biru. Yap, gadis itu adalah Ify. Dengan santainya, ia mengambil jus jeruk yang sedang bertengger ria(?) dimeja samping kirinya. “ahh... Nova sama Lintar selese, tugas baru... Aren sama Rizky... ckckck... ngapain perlu dicomblangin kalau dasarnya suka sama suka...” gumamnya pelan. “eh... gue mau liat dulu bagaimana hasil combalngan gue selama 3 hari ini” Ify lalu mengambil sebuah buku bersampul stich, lalu membukanya secara perlahan.
1.Sivia Alvin = kalung hello kitty
2.Agni Cakka = kaos kerropi
3. Zahra Gabriel = T-shirt monnokurrobo
4. Acha Ozy = flat shoes hitam berpita
5. Nova Lintar =  kacamata ribben hitam
“wuiiissh... baru tiga hari meennn, udah 5 pelanggan.. ckck... untung gue” ujar Ify dengan bangganya sambil bertepuk tangan. “ngapain lo ? kayak orang gila” suara seseorang mengejutkan Ify. “rese ! lo kalo mau dateng ngomong dulu kek...” omel Ify sambil menaruh kembali buku itu pada tempat semula. rio terlihat tertarik dengan buku itu. Secepat kilat ia menyambar buku itu dan membacanya. “eeee.... buku guee” Ify mencoba mengambil bukunya yang digenggam Rio. “siniin” tiba-tiba Ify terpeleset dan hampir tercebur ke kolam yang berada tepat dibelakangnya. Dengan lincah Rio menarik Ify bermaksud menolongnya, tapi yang terjadi malah Ify terjatuh kearah depan dan sukses menindih Rio. Ify membuka matanya, dan mendapati mata elang Rio tengah menatapnya. Seakan terhipnotis, Ify balas menatap Rio.
1detik...
2detik...
3detik...
4detik...
5detik...
HENING CIPTA MULAI(?)
“WOY... WOY NGAPAIN LO BERDUA... IDIH... INGET MASIH SMA...” teriak Deva heboh. Deva ini adalah adik Ify. ‘waduh.. mampuss.. ni anak kan nethink mulu... bisa barabe nih’ batin Ify sambil mencoba berdiri. Rio juga berdiri. Keduanya diam. Bungkam. Tanpa suara. Tidak ada suara. Hening. Deva yang melihat itu terheran-heran. “nape lo berdua ?” tanya Deva penasaran. Tidak ada yang menjawab. Ify langsung masuk kedalam rumahnya dengan diam. Begitu pula dengan Rio. Ia masuk kedalam rumah Ify untuk berpamitan pada tante Gina, lalu kembali ke habitat aslinya(?).
***
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Seorang gadis termenung sendirian. Ia adalah Sivia, sahabat dari mak comblang andalan Global Nusantara. Ia tersenyum sendiri, mengingat-ingat kejadian dimana sang kekasih Alvin yang notabene-nya adalah sepupu dari sahabatnya. Begitu dan sangat romantis. Alvin menembaknya sambil bernyanyi lagu kesukaan Sivia ( ada yg tau lgu kskaan Pia ? sy gk tau hhe..). sedang asik asiknya melamun, tiba-tiba dia dikagetkan dengan kedatangan tamu tak diundang. “DOOORRRR” “ehyaampunpacarguesi...” latah Sivia. Ia segera menutup mulutnya. Untung tidak keceplosan. Bisa barabe nih. Apalagi yang ngagetin dia adalah adik terbawelnya yaitu si Oik. Sipit, putih dan tentunya cantik, seperti Sivia. Maklumm, kakak-adik getooohh*okesipinilebay*. “wahh... kakak punya pacar ? siapa-siapa ?” tanya Oik antusias. Pasalnya, baru kali ini Sivia pacaran. Dengan malu-malu, Sivia menceritakan bagaimana prosesnya. Oik pun dengan semangat mendengarkan cerita Sivia, sambil sesekali menggoda kakak semata wayang(?)nya ini. Diakhir cerita, Sivia sudah malu sekali. “acieee... kak Via... kan belom dibolehin pacaran” “sttt... lo juga udah punya pacarkan ? si Obie Obyat Obat.. eh apa namanya ?” “Obiet kak ! masa Obat sihh” gerutu Oik karna sang kakak salah menyebut nama pacarnya. “nahhh itu ! Obi..nghhfthghbddfbbg” seru Sivia agak keras, lalu disambung bekapan dari Oik. “jangan kuat-kuat kakak ku sayanggg” ujar Oik gemas. Mereka berdua lanjut bercanda tawa.
***
Melamun. Satu kata yang sangat cocok untuk Ify. “kenapa gue seceroboh tadi ya ?” tanyanya pada diri sendiri. Ia masih membayangkan kejadian tadi. Sungguh, ia merasa sangat malu. “aaaa....” Ify menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, tak mau rona merah yang menghiasi pipinya dilihat orang lain. Padahal, dikamar hanya ada dia sendirian. “kok gue jadi salting gini ya ? argghh...” Ify pun mengambil iPhonenya yang sedang terletak tak berdaya disampingnya. Sejenak, ia nampak biasa saja saat membuka kunci iPhonenya. Beberapa detik kemudian, ia melotot kaget ketika melihat 83 pesan belum dibaca. Dibukanya satu-satu sambil beberapa kali kaget. Pasalnya, semua pesan itu rata-rata begini :
Kak Ify, ini dari Acha X IPA1, comblangin aku sama kak Rio dong.
Ifyyyyy, gue kakak kelas lo, comblangin gue sm Rio ya
Pokoknya, semua sms itu intinya ‘minta dicomblangin sama Rio’ dan pastinya Ify akan menolak itu. Untung dia sudah mendaftar paket sms tadi, jadi sekarang dia bisa membalas semua pesan dari adik, kakak dan teman kelasnya itu, dengan beberapa kalimat yang sama : ‘tergantung Rio-nya. Kalau dia mau atau nggak, atau bahkan dia sudah punya gebetan’ balas Ify dengan cepat. Tangannya sudah terasa pegal. Tak berapa lama, iPhone miliknya sudah dihujani sms.
Hah, masa Rio udah punya gebetannn? Aaa...
“ckckck... kurang kerjaan amat deh.” gumam Ify sambil berbaring dikasur empuknya. Tidak perlu menunggu lama, Ify sudah berlayar ke dreamland.
***
Rio memarkirkan motornya digarasi rumah mewah milik orang tuanya. Dengan perasaan campur aduk, ia memasuki kediaman Haling tersebut. Dengan cepat, ia pergi kekamarnya, lalu tidur.
***
Keesokan harinya, Ify dan Rio tidak saling berbicara satu sama lain. Hal ini membuat Sivia dan Alvin heran. Tak biasanya kucing dan tikus ini berdiam diri. “woyy, nape lo berdua ? kesambet ? nggak biasanya” ujar Alvin sambil menempatkan tangan kanannya didagu dan tangan kirinya dilipat didepan dadanya. Mirip seorang detektif. “diem lo” kata Rio dan Ify berbarengan. Mereka saling menatapp, lalu melengos malas. Tak llama kemudian, bel berbunyi menandakan pelajaran pertama dimulai.
***
Lonceng istirah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Sivia masih setia merengek-rengek pada Ify. “Ify... ayolahh... kekantin... gue udah lapar nihh” Sivia mulai menarik-narik tangan Ify. Ify hanya menatap Sivia. “Vi, ini udah 15 menit istirahat loh. Emangnya, perut lo nggak tahan apa ? pergi sendiri aja. Gue lagi males” balas Ify sambil menunjuk jam dinding yang terpampang rapi di tembok dekat papan tulis. Sivia akhirnya mengangguk pasrah lalu pergi kekantin sendirian.
Sekarang yang berada dikelas tinggal Ify dan Rio. “Oh, iya !” pekik Ify kemudian mengambil iPhone miliknya yang ia simpan di dalam tas. Setelah mendapatkannya, Ify berjalan menuju ke arah Rio yang sedang duduk melamun. “HOY!” seru Ify mengagetkan Rio. “eh, ya ampun” ujar Rio refleks sambil mengelus dadanya. Sedetik kemudian, ia melempar arah pandangnya ke samping kiri, ditempat Ify berada. “lo kalau mau ngagetin mikir dulu dong. Untung gue nggak punya penyakit jantung” omel Rio pada Ify yang sedang nyengir dan mengangkat jari tengah dan jari telunjuknya. “hehehe... peace” Ify kemudian sibuk mengutak-atik iPhone putihnya, lalu menyodorkannya pada Rio. “nih, baca semua sms masuk gue” dengan heran, Rio mengambil iPhone Ify, kemudian membacanya satu-persatu. Seketika, senyum Rio mengembang. Senyumnya sangat manis, hingga Ify jadi terpana. Oh my God, malaikat tak bersayap gumamnya dalam hati. Dengan segera, Ify menggelengkan kepalanya. “nape lo, Fy ?” sebuah suara mengagetkannya. “eh nggak, Yo. Lo sendiri kenapa senyam-senyum ?” “ehehee... banyak juga yah, yang nge-fans sama gue... ya iyalah.. Rio” ujar Rio sambil menepuk bangga dadanya. “yee.. belagu amat lo” cibir Ify. Tap... tap..tap.. deru suara langkah membahana dikelas XI IPA1. Baik Ify maupun Rio memandang kearah pintu kelas yang sudah penuh dengan anak-anak cewek disekolahnya. Ada kelas XII, ada kelas XI, ada juga anak kelas X. Semuanya membawa chitato. wow, bakal pesta chitato nih batin Rio sambil tersenyum senang.
“RIO INI BUAT KAMU”
“RIO RIO RIO RIO”
Jiahhh, teriakan anak-anak malah membuat keadaan kelas menjadi ribut. “tenang... taroh aja dulu tuh chitato di tas gue. Sebagai terima kasih, gue bakal ngasih nomor telpon gue” ujar Rio yang langsung disambut dengan sorakan gembira siswa putri.
“gue duluan”
“gue”
“gue”
Rupanya, Dea dan Zevanas sedang memperbutkan untuk memasukan chitato besar mereka ke tas pangeran Global Nusantara. Berbekal(?) semangat 45, Rio menghampiri mereka sambil memasang senyuman maut, yang bisa bikin siapa pun klepek-klepek, termasuk 2 orang ciptaan Tuhan ini. Ketika Rio tiba disitu, ia langsung menyodorkan tangannya, sementara keduanya ternganga senang. Tanpa mereka sadari, beberapa siswa sudah mendahului mereka. Dengan gembira, mereka memberikan chitato mereka pada Rio. “ha.. hai Rio..” ujar Dea sambil cengengesan najong dan memperaktekan gayanya yang ia buat bersama tembok(?) tadi. “hahahahahha....” tawa Ify membahana(?) dikelas XI IPA1. Semua mata mengarah kepada gadis cantik tersebut. “ups..” gumam Ify sambil menutup wajahnya karna malu. ‘gue harus bisa’ batin Ify sambil membuka tangannya(?) yang menutupi wajah imut miliknya tersebut. “Ehh.. hehehe.. sorry-sorry...” ujar Ify sambil nyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “eh, iya... ADA YANG MAU GUE COMBLANGIN SAMA RIO ?” seru Ify yang membuat semuanya histeris, kecuali Rio. Ia menatap bingung pada Ify. ‘ni anak knapa ya’ pikir Rio sambil menatap Ify heran.
“Ify, gue yaaaa”
“Fy, guee”
“isshh, gue”
“gue”
Blablabla... intinya, semua mau dicomblangin sama Rio –samadong-. “OKE OKE STOPPPP....” teriak Ify melerai pertengkaran beberapa siswi. “Fy . .” “DIEM LO” bentak Ify yang berhasil membuat mulut Rio terkunci. Dengan gerak cepat, Rio menuliskan beberapa deretan kalimat di iPhone nya, lalu dikirim pada Ify. Rio menatap setiap gerak-gerik Ify, juga perubahan ekspresinya. Terakhir, ia melihat tangan Ify dengan cepat mengetuk-ngetuk layar iPhone dengan ekspresi takut berlebihan. Rio tertawa puas melihat ekspresi Ify yang menurutnya lucu dan unik.
From : pesek gila
Fy, lo lanjutin misi sinting lo itu, gue jamin kolam renang belakang rumah lo itu akan jadi sasaran. Beberapa kalimat simple, tapi bermakna mengan-cam. “Oke guys. Nggak jadi deh... gue ada misi lain” umum Ify pada teman-temannya yang terheran-heran menatap Ify dan Rio yang jaraknya nggak sampai 3 meter, sms-an. Dengan lesu, semuanya mengangguk lalu keluar dari kelasnya pangeran GN ini. Ketika kelas sepi, Ify mengambil sebuah kamus bahasa inggris yang tebalnya mele-bihi novel harry potter, lalu ditimpuknya kepala pria hitam manis ini. “aduh” ringis Rio sambil memegang kepalanya. “lo coba ngancem gue hah ?” desis Ify tajam. Matanya kini berahli pada pria disamping kirinya ini. Tatapan itu sangat sinis, ke-mudian menjadi tatapan yang sayu. “Lo gimana sih, kalau ntar gue mati, siapa coba yang bakal ceritain kalo lo masih takut tidur sendiri” ujar Ify santai.
*PLETAK*
Jitakan Rio mendarat mulus di dahi gadis manis ini. “Lo kalo mau buka aib orang jangan disini dodol” bisik Rio sambil membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan tinggi Ify. Sekarang, posisi mereka berhadapan dan jarak mereka sangat dekat. ( ya iyalah, namanya bisik-bisik ). “Fy.. lo.. AAAAA” seseorang nampak membuyarkan kegiatan Rio dan Ify. Saat mereka berbalik(?) badan, mereka mendapati Sivia yang tengah berdiri sambil menutup mata sipitnya dengan kedua tangan miliknya. Ify berjalan kearah Sivia. Sedangkan Rio, dia sudah duduk manis dibangkunya. “Vi, kenapa lo ?” tanya Ify yang sudah berada didepan sahabat tercintanya itu. Ia menyentuh tangan Sivia. “udah ya” gumam Sivia sambil membuka matanya lalu menatap Ify. “Lo tuh masih SMA Fy, jangan buat adegan 17 tahun keatas dong” nasihat Sivia sambil menepuk pundak Ify bak seorang ayah memberi nasihat pada anaknya. PLETAK sebuah jitakan sayang(?) meluncur hebat di dahi gadis Sipit ini. Segera Sivia menempatkan tangannya pada dahi korban jitakan Ify. “Sakit dodol” omel Sivia pada Ify. Gadis berbehel ini hanya mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya, sambil memperlihatkan deretan gigi yang dipagari behel biru itu. “lagian lo sih, siapa juga yang mau buat adegan 17 tahun keatas sama si pesek satu itu” ujar Ify dengan watadosnya. “gue denger lo, Fy” kata Rio sambil menyentuh pundak Ify. Saat Ify mem-balikan badannya, Rio langsung menghadiahinya dengan sebuah toyoran gratis(?). “aduh. . . heh, lo itu kalo udah pesek ya pesek aja. Nggak usah ngajak orang lain. Sakit nih, ampe di idung” omel Ify pada Rio sambil memegang hidungnya. Rio tak menggubris omelan Ify. Ia berjalan kearah bangkunya dengan gaya yang super duper cool. Ify yang melihat itu langsung terpana. Wow, cowok se rese Rio, ternyata bisa juga jadi ganteng(?) ujar Ify dalam lamunannya(?). ia menyanggah kepalanya dengan tangan kiri lalu menatap Rio dengan tatapan kagum. Sedangkan Rio, ia merasakan ada yang menatapnya. Ia kemudian mengedarkan kepalanya disebelah kiri, tepatnya di bangku Alyssa Saufika Umari, mak comblang nomor satu itu. Seketika itu juga, ia berjalan menghampiri Ify yang sedang melamun. Sesampainya di tempat Ify, ia berdehem kecil. “ehm” Ify segera tersadar dari lamunannya. Ia menatap Rio sebal. Sebal ? iyalah.. orang lagi melamun enak(?) diganggu. “Lo punya hati sama gue ?” tanya Rio datar, sambil memasang gaya coolnya. “eh, nggak kok,Yoo. Gue tuh lagi ngelamunin.. ngelamunin.. eh, ngelamunin adek gue” ujar Ify terbata-bata. “oh” respon Rio singkat sambil kembali ketempatnya.
***
SMA Global Nusantara sudah pulang sejak 2 jam yang lalu, tapi sekolah ini masih dihuni oleh beberapa siswa. Rio dan para anggota basket, sedang mengadakan latihan kecil, untung mempersiapkan diri, jika tiba-tiba ada pertandingan mendadak. “Latihan selesai” teriak Rio selaku kapten basket dari luar lapangan. Ia kemudian beristirahat sejenak sambil bergerak-gerak kecil. “bro, gue pulang duluan ya” pamit Alvin yang langsung disusul anggukan beberapa anggota lain. Rio hanya menatap mereka sekilas lalu tersenyum dan menganggukan kepalanya. Semuanya pun langsung pulang, terkecuali Rio. Ia membenahi tas sekolahnya, lalu segera beranjak untuk keluar dari lapangan sekolah. Rio kemudian berjalan menuju ke arah parkiran, untuk mengambil cagiva hitam kesayangannya. Pulang. Itulah satu kata yang sedari tadi berputar-putar di pikirannya. Namun, niatnya itu segera ia urungkan ketika melihat seorang gadis cantik yang sedang berdiri sendirian di depan gerbang sekolah, sambil menatap layar ponsel miliknya sendiri, dan menghentak-hentakkan kakinya. Rio menghampiri gadis itu, lalu menawarinya untuk pulang bersama. “Fy, pulang bareng yuk” ajak Rio pada gadis itu yang adalah Ify. Ify menatap Rio. “nggak deh, makasih. Gue takut ngerepotin lo” tolak Ify halus sambil memberikan senyum manis. Entah kenapa, ia merasakan deguban jantungnya menjadi 2 bahkan 3 kali lipat saat ini. Rio tertawa kecil mendengar jawaban Ify. “nggak kok, Fy. Lagian kalo ngerepotin, ngapain juga gue ngajak lo” ucap Rio sambil mengacak pelan poni Ify. Pipi Ify menjadi merah. Ia menunduk untuk menutupi kesaltingannya. “udah, ayo naik” ujar Rio sambil menarik pelan tangan Ify. Entah mengapa, perut Ify seperti digelitik oleh ribuan kupu-kupu *oke,lebaybangetnih*. Selama diperjalanan, Ify tidak berpegangan pada Rio. Malu katanya(?). tanpa Ify sadari, Rio tersenyum geli melihat tingkah Ify yang berada tepat dibelakangnya. Ify sedang menunduk, sehingga membuat rambut panjangnya yang digerai indah menari kearah belakang. Setelah 20 menit menempuh perjalanan, Rio menghentikan cagivanya di tepi pantai yang indah. Sunset-nya sangat terlihat jelas dari tempat ini. “Yo, kok kita kesini sih ?”tanya Ify kebingungan. Rio tak menjawab pertanyaan Ify. Lelaki itu malah menatap kearah langit sore yang indah disebelah kirinya. Gadis cantik itu mengikuti arah tatapan Rio dan langsung terpana dengan pemandangan yang ada. Tak lama kemudian, Ify merasakan tangannya menghangat. Matanya berahli menatap kedua tangan miliknya, yang sedang terpaut dengan tangan seorang lelaki. Ya, lelaki itu adalah Mario Stevano Aditya Haling. “gue cinta sama lo” ujar Rio singkat, sambil menatap Ify. 4 kata yang sederhana, tapi mampu membuat Ify terdiam, bungkam seribu bahasa. Ify menatap Rio tepat dimanik matanya, mencari sebuah kebohongan. Namun, yang didapatinya adalah tatapan ketulusan dan kesungguhan. “gue selalu menolak setiap gadis yang pengen lo comblangin sama gue, karena gue pengen nyombalngin diri gue ke elo” jelas Rio tetap menatap Ify. “tapi Yo..” “gue tau lo nggak cinta sama gue” potong Rio cepat lalu melepaskan tangannya yang sedang menggenggam tangan Ify. “besok gue ke Aussie” Rio lalu pergi berjalan ke arah motornya. ‘gue harus bisa’ batin Ify mantap. Ia segera berlari menghampiri Rio, dan langsung memeluknya dari belakang. “gue juga cinta sama lo, Yo. Jangan pergi... gue pengen jadi pacar lo...” ujar Ify sesengukan dibalik punggung kokoh Rio. Ukiran senyuman manis terpampang jelas dibibir lelaki hitam manis itu. Ia lantas membalikan badannya dan memegang bahu Ify, kemudian memeluknya erat, seakan tak akan pernah ia lepas. Ify tetap terus menangis, bahkan sekarang lebih kencang. “hey, kenapa menangis sayang...” ujar Rio lembut, sambil melepaskan pelukannya, dan menghapus kedua anak sungai yang sudah terbentuk pada pipi kekasih barunya itu. “jangan pergi...” lirih Ify di sela-sela tangisnya. “sudahlah, aku tidak akan pergi, tadi itu hanya bercanda” kata Rio sambil mencium kedua pipi Ify. “ayo pulang” ajak Rio sambil menggenggam tangan Ify lalu naik keatas motor. “sayang, pegangan dong” “pegangan dimana ?” ujar Ify polos. Tawa pun keluar dari mulut Rio. Sungguh, kekasihnya ini sangat polos. Tentu, karna Ify belum pernah pacaran. Eits, bukan berarti Ify gak laku ya. Banyak sih yang nembak dia, tapi belum ada yang srek dihati. Tak lama kemudian, Rio menarik tangan Ify dan dilingkarkan pada perut sixpacknya#eaa. Dan sekarang, mereka beranjak pulang. Yaaaaahh, mak comblang udah nemuin cintanya. THE END.
Wkwkw.... cerbung ini gak masuk diakal. *jangan.di.contoh*