Haiii... kembali lagi sama saya, penulis sinting bin gila. ohhh yaa, saya udah punya RENCANA untuk membuat cerpen baru judulnya "Love from Rio" gimana ? gak mau kan ? oke, tidak akan di post. eh, bakal di post ding. gak tau kapan sih, nunggu modem abis demo dulu *plak* wkwkw... sekian, dan.... thank you.
Yang bertanda tangan dibawah ini....
Pacarnya Masboss :) salam dan undur diri.
Jumat, 11 Oktober 2013
Mak Comblang
HELLOOOOOO... PENULIS AJIB NAN ABAL BACK AGAINNN *teriakteriakpromosi* eh stelah 3 bulan gak nongol, gue bawa cerpen baru yang isinya menghancurkan mood anda untuk membaca. thanks.oh ya, ni cerpen hasil otak gue sendiri, bukan copas ide dari cerbung Mak Comblang laenn *kayak yang di Raffendo*
“Fy... gue ya, sama si Lintar” ujar Nova sambil menatap Ify penuh harap.
“oke...” Ify kemudian mengacungkan 2 jempolnya pada Nova, lengkap dengan
senyum. “thank’s Fy... gue do’ain kerja sampingan lo itu makin sukses dehh”
Nova terlihat sangat senang. Ify hanya mengangguk mengamini. “gue ke kantin
dulu ya.. untuk imbalannya, terserah lo deh. daa...” ucap Nova sambil berjalan
menuju kantin sambil bersenandung kecil. Ify mencatat beberapa hal penting yang
ia ketahui tentang Nova maupun Lintar.
Alyssa Saufika Umari. Nama itu begitu terkenal di Global Nusantara
International School. Bagaimana tidak, ia dikenal sebagai mak comblang nomor
satu di kompleks Global Nusantara. Guru-guru juga mengetahui kerja sampingan
gadis berbehel ini. Pelanggan Ify tidak pernah kecewa, karna siapa pun
targetnya pasti bisa diatasi. Ya, kecuali jika si target udah punya pacar.
Saking hebatnya, beberapa hari lalu ada seorang anak SD kelas 3 minta di
comblangin sama anak SMA. Dengan lembut, Ify menolak permintaan anak itu. Oh
ya, walaupun ia adalah mak comblang, tapi gadis ini belum pernah merasakan yang
namanya pacaran ataupun jatuh cinta. Dia juga mempunyai musuh nomor satu, yaitu
Mario Stevano. Pemuda tampan, berkulit hitam manis, bertubuh jakung dan tegap,
serta memiliki senyum khas yang bisa membuat cewek-cewek ber‘melted’(?) ria.
Oke, sekian.
Hari ini, Ify datang kesekolah sambil senyum-senyum sendiri, mengingat
misinya untuk mencomblangkan Nova dan Lintar sukses tanpa ada halangan apa pun.
Saking senengnya, Ify sampai-sampai sempat menyapa kepada setiiap orang yang
lewat. “pagi pak Bryan... sukses kerjanya ya, hari ini” sapanya pada pak Bryan,
si penjaga sekolah, lengkap dengan senyuman khasnya. Setelah itu,ia kembali
melangkahkan kakinya menuju kelasnya sendiri. “pagi bu Nia. Semoga dagangannya
laku semua yaaa” ujarnya ketika berpapasan dengan bu Nia, salah seorang penjual
dikantin sekolahnya. Bu Nia hanya membalas sapaan gadis itu dengan senyuman
hangat. Ketika hampir tiba dikelas, ia melihat beberapa guru dan seorang siswa
sedang berbincang-bincang. Karena dipengaruhi moodnya yang sedang super seneng,
ia menyapa satu-satu orang disitu tanpa ada yang terlewat. “Pagi pak Christo,
Bu Talitha, bu Virgin, pak Glen, Mar...” ucapan Ify terhenti ketika melihat
orang terakhir itu. Dia adalah musuh terbesarnya. “Hey ! kok lo ada juga sih
?!” “suka-suka gue dong.” “tapi kelas lo bukan disini, peseekkkk” “kelas gue
disini, beheeelll” “HAH ? KOK BISA ?” Ify sangat-sangat dan sangat terkejut.
“biasa aja, neng. Gue nggak bakal makan lo kok” balas Rio santai sambil
memasukan kedua tangannya disaku celana SMA-nya. Sehingga dia terlihat lebih cool.“dikelas gue ada murid pindahan
baru. Dia maunya gue yang pindah, ya udah, gue nggak mau panjangin masalah, gue
turutin kemauannya” ujar Rio tanpa dosa. “tapi nggak disini juga kan” “ya, dia
maunya dikelas sini” “eh.. bentar, bentar... kata lo, murid baru ? laki-laki,
perempuan ? sipit, belo ? putih, item ? tinggi, pendek ? gendut, kurus ?” tanya
Ify bertubi-tubi. Rio hanya melongo kaget mendengar pertanyaan gila gadis manis
ini. “santai, neng. Nanya satu-satu dong. Orangnya, tinggi, sipit, putih, agak
kurus, laki-laki” Rio mendetailkan orang itu.
Mendengar itu, wajah Ify langsung berubah senang. Tak ada guratan emosi
di wajahnya. Rio sampai terpana dibuatnya. Cantik
alami batin Rio. Tanpa hitungan detik, Ify langsung menarik tangan Rio.
Terkejut. Itulah satu kata untuk menggambarkan ekspresi Rio saat ini. “Anterin
gue ke orangnya” ujar Ify semangat. “lepas dulu” “lepas ? apaan ?” Ify terlihat
bingung dengan kata yang barusan diucapkan oleh Rio. Rupanya, ia tak menyadari
apa yang sedang digenggamnya kini. “cari tau aja ndiri” balas Rio cuek. Padahal,
dalam hatinya, ia sudah menertawakan kepolosan Ify. “lepas ya ? kalo megangkan
pake tangan...” Ify melirik ke arah tangannya, lalu matanya melotot kaget. Ia
pun segera melepas genggamannya pada tangan Rio. Seketika itu, pipinya menjadi
merah merona.ia merasa sangat malu. Menyadari hal itu, Rio langsung
menyindirnya “ehem.. udah malunya ? makanya, kalo mau megang tuh, liat-liat
dulu” nasihat Rio. “lo pikir mau nyebrang, liat-liat dulu. Itu r-e-f-l-e-k-s,
refleks... Mario Bross” ujar Ify sambil mengeja kata ‘refleks’. “Oh” respon Rio
cuek dan dingin. Memang apa yang ada di batin seorang Mario sangat bertolak
belakang dengan apa yang keluar dari mulutnya kini. Ia sudah ngakak melihat
ekspresi Ify yang berlebihan (menurutnya). “ishh..” mood Ify kembali berubah.
Ia menjadi sangat kesal dengan sifat cuek dan dingin Rio yang bisa kambuh kapan
saja. Dengan kesal, Ify berjalan menuju kelas XI IPA 2, yang merupakan kelas
Rio dulu. Dari belakang, Rio mengikuti Ify. Ify menghentakkan kakinya sambil
mengomel-ngomel.
Ketika tiba di kelas XI IPA 2, Ify langsung berlari menuju seorang
laki-laki yang sedang duduk mendengarkan musik. “Heyyyy....” sapa Ify. Lelaki
itu tak menyadarinya. Ify menjadi kesal, lalu melepas paksa earphone putih
milik laki-laki itu. “Heh ! apa-apaan lo ?!” bentak cowok itu sambil menunduk
membereskan kabel earphone miliknya yang sudah terkali-kali(?). ia mengangkat
kepalanya lalu melongo tak percaya. “IFY ?” kaget cowok itu hingga membuat
sekelas menoleh padanya dan Ify. “hello... kodok gila... kaget ya, liat nona
manis ?” ujar Ify pada si kodok, eh, pada si cowok. “cih.. nama gue ALVIN bukan
kodok !” laki-laki itu atau tepatnya Alvin memandang Ify dengan tatapan tak
suka. “hehee.. candaaa.. candaa.. peacee...” Ify cengengesan sambil mengangkat
2 jarinya. “hm..” respon Alvin. “btw, lo tinggal dimana Pin ?” “apartemen dulu”
“oh..” mereka terus bercerita tanpa menyadari Rio yang melihat semua itu sudah
kepanasan(?) alias cemburu. ‘Ify ada apa yak sama dia ?’ batinnya sambil
berjalan santai kekelas barunya. Selama diperjalanan, Rio membawa aura neraka
yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya merinding ketakutan. Tangannya ia
kepalkan kuat-kuat.
TENG TENG TENG TENG...
Lonceng berbunyi pertanda pelajaran pertama akan segera dimulai. “kodok,
gue balik dulu ya.. bye” ujar Ify sambil melangkah kekelasnya. Alvin hanya
mengangguk kecil. Selama diperjalanan, Ify terus bersenandung senang. Akhirnya gue bisa ketemu sepupu culun gue...
hahaha..
***
Setelah tiba dikelas XII IPA 1 –kelas Ify-, Ify langsung duduk manis
ditempatnya. Tak lama kemudian, Pak Duta masuk bersama Rio. Melihat itu,
anak-anak perempuan langsung histeris sendiri.
“KYAAA, sekelas sama Rio !!! aaahhh... gue nggak mimpikan ?”
“hey, pinjem kaca sama sisir lo dong.. cepet”
“eh, dandanan gue gimana ? rapi nggak ?”
Kira-kira begitulah suara-suara anak perempuan dikelas itu. Ify hanya
melengos malas. Ia mengedarkan pandangannya kesamping kiri dan melotot kaget
ketika melihat Dea dengan PD-nya berbicara dengan tembok disebelahnya. “hay
Rio. Aku Dea Christa.. panggil Dea aja... kamu tau nggak ? aku tuh nge-fans
banget sama kamu.. aduh, aku jadi malu” ujar Dea pada tembok itu dengan
semburat merah di pipinya serta tangan yang ia angkat keatas, seolah-olah
sedang berbicara dengan orang. Ify hanya tertawa kecil.
“DIAM !” bentak pak Duta sambil menghentakkan kakinya di lantai kelas.
Sontak, semuanya kaget lalu diam. “bagus... Rio, selamat datang dikelas yang
baru, kelas XI IPA 1. Saya pikir, semua sudah mengenal siapa murid ini. Kamu
duduk disamping Ify sekarang” ujar Pak Duta selaku wali kelas XI IPA 1. “baik
pak” Rio lalu berjalan kearah Ify.
Hening...
Ify sibuk melamun. Ify menyanggah kepalanya dengan tangan kanannya. Kenapa gue bisa sekelas sama si pesek ya ?
pertanyaan itu selalu berputar-putar diotak Ify. Tanpa disadarinya, Rio sudah
duduk menempati bangku disebelahnya. Ify tersadar dari lamunannya lalu menengok
kearah sebelah kiri, di tempat duduk yang (tadinya) kosong. Matanya melotot,
mulutnya pun terbuka lebar. Ia benar-benar kaget.
1detik...
2detik...
3detik...
“KOK LO DISINI SIHH ? PINDAH !!” teriak Ify dengan suara toa-nya. Siswa
cewek kaget, karena bisa-bisa-nya Ify menolak sebangku sama prince Global Nusantara SHS itu. Ckck...
benar-benar suatu keajaiban. Rio hanya menatap Ify sinis lalu menunjuk kearah
pak Duta. “tanya aja sama pak Duta” ujarnya santai, tapi tetap cool. Ify mengedarkan pandangannya
menuju pak Duta. “Pak Duta... kok Rio di..” “DIAM ALYSSA” omongan Ify terputus
dengan sekali bentakkan guru Kimia-nya itu. Ify langsung duduk manis dengan
diam. Disampingnya, si Rio hanya tertawa kecil melihat adegan itu. “apa lo ?”
tanya Ify jutek. “nothing” Rio lalu fokus mendengarkan penjelasan pak Duta. Ify
hanya mendengus kesal.
***
SMA Global Nusantar sudah pulang sejak 1 jam yang lalu. Nampak seorang
gadis sedang duduk bersantai di pinggiran kolam berenang mini. Gadis itu
memakai kacamata berwarna hitam, juga topi tamasya berwarna biru. Yap, gadis
itu adalah Ify. Dengan santainya, ia mengambil jus jeruk yang sedang bertengger
ria(?) dimeja samping kirinya. “ahh... Nova sama Lintar selese, tugas baru...
Aren sama Rizky... ckckck... ngapain perlu dicomblangin kalau dasarnya suka
sama suka...” gumamnya pelan. “eh... gue mau liat dulu bagaimana hasil
combalngan gue selama 3 hari ini” Ify lalu mengambil sebuah buku bersampul
stich, lalu membukanya secara perlahan.
1.Sivia Alvin =
kalung hello kitty
2.Agni Cakka = kaos
kerropi
3. Zahra Gabriel =
T-shirt monnokurrobo
4. Acha Ozy = flat
shoes hitam berpita
5. Nova Lintar
= kacamata ribben hitam
“wuiiissh... baru tiga hari meennn, udah 5 pelanggan.. ckck... untung
gue” ujar Ify dengan bangganya sambil bertepuk tangan. “ngapain lo ? kayak
orang gila” suara seseorang mengejutkan Ify. “rese ! lo kalo mau dateng ngomong
dulu kek...” omel Ify sambil menaruh kembali buku itu pada tempat semula. rio
terlihat tertarik dengan buku itu. Secepat kilat ia menyambar buku itu dan
membacanya. “eeee.... buku guee” Ify mencoba mengambil bukunya yang digenggam Rio.
“siniin” tiba-tiba Ify terpeleset dan hampir tercebur ke kolam yang berada
tepat dibelakangnya. Dengan lincah Rio menarik Ify bermaksud menolongnya, tapi
yang terjadi malah Ify terjatuh kearah depan dan sukses menindih Rio. Ify
membuka matanya, dan mendapati mata elang Rio tengah menatapnya. Seakan
terhipnotis, Ify balas menatap Rio.
1detik...
2detik...
3detik...
4detik...
5detik...
HENING CIPTA MULAI(?)
“WOY... WOY NGAPAIN LO BERDUA... IDIH... INGET MASIH SMA...” teriak Deva
heboh. Deva ini adalah adik Ify. ‘waduh.. mampuss.. ni anak kan nethink mulu...
bisa barabe nih’ batin Ify sambil mencoba berdiri. Rio juga berdiri. Keduanya
diam. Bungkam. Tanpa suara. Tidak ada suara. Hening. Deva yang melihat itu
terheran-heran. “nape lo berdua ?” tanya Deva penasaran. Tidak ada yang
menjawab. Ify langsung masuk kedalam rumahnya dengan diam. Begitu pula dengan
Rio. Ia masuk kedalam rumah Ify untuk berpamitan pada tante Gina, lalu kembali
ke habitat aslinya(?).
***
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Seorang gadis termenung sendirian.
Ia adalah Sivia, sahabat dari mak comblang andalan Global Nusantara. Ia
tersenyum sendiri, mengingat-ingat kejadian dimana sang kekasih Alvin yang
notabene-nya adalah sepupu dari sahabatnya. Begitu dan sangat romantis. Alvin
menembaknya sambil bernyanyi lagu kesukaan Sivia ( ada yg tau lgu kskaan Pia ?
sy gk tau hhe..). sedang asik asiknya melamun, tiba-tiba dia dikagetkan dengan
kedatangan tamu tak diundang. “DOOORRRR” “ehyaampunpacarguesi...” latah Sivia. Ia
segera menutup mulutnya. Untung tidak keceplosan. Bisa barabe nih. Apalagi yang
ngagetin dia adalah adik terbawelnya yaitu si Oik. Sipit, putih dan tentunya
cantik, seperti Sivia. Maklumm, kakak-adik getooohh*okesipinilebay*. “wahh...
kakak punya pacar ? siapa-siapa ?” tanya Oik antusias. Pasalnya, baru kali ini
Sivia pacaran. Dengan malu-malu, Sivia menceritakan bagaimana prosesnya. Oik
pun dengan semangat mendengarkan cerita Sivia, sambil sesekali menggoda kakak
semata wayang(?)nya ini. Diakhir cerita, Sivia sudah malu sekali. “acieee... kak
Via... kan belom dibolehin pacaran” “sttt... lo juga udah punya pacarkan ? si
Obie Obyat Obat.. eh apa namanya ?” “Obiet kak ! masa Obat sihh” gerutu Oik
karna sang kakak salah menyebut nama pacarnya. “nahhh itu ! Obi..nghhfthghbddfbbg”
seru Sivia agak keras, lalu disambung bekapan dari Oik. “jangan kuat-kuat kakak
ku sayanggg” ujar Oik gemas. Mereka berdua lanjut bercanda tawa.
***
Melamun. Satu kata yang sangat cocok untuk Ify. “kenapa gue seceroboh
tadi ya ?” tanyanya pada diri sendiri. Ia masih membayangkan kejadian tadi.
Sungguh, ia merasa sangat malu. “aaaa....” Ify menutupi wajahnya dengan kedua
tangannya, tak mau rona merah yang menghiasi pipinya dilihat orang lain.
Padahal, dikamar hanya ada dia sendirian. “kok gue jadi salting gini ya ?
argghh...” Ify pun mengambil iPhonenya yang sedang terletak tak berdaya
disampingnya. Sejenak, ia nampak biasa saja saat membuka kunci iPhonenya.
Beberapa detik kemudian, ia melotot kaget ketika melihat 83 pesan belum dibaca.
Dibukanya satu-satu sambil beberapa kali kaget. Pasalnya, semua pesan itu
rata-rata begini :
Kak Ify, ini dari
Acha X IPA1, comblangin aku sama kak Rio dong.
Ifyyyyy, gue kakak
kelas lo, comblangin gue sm Rio ya
Pokoknya, semua sms itu intinya ‘minta
dicomblangin sama Rio’ dan pastinya Ify akan menolak itu. Untung dia sudah
mendaftar paket sms tadi, jadi sekarang dia bisa membalas semua pesan dari
adik, kakak dan teman kelasnya itu, dengan beberapa kalimat yang sama : ‘tergantung
Rio-nya. Kalau dia mau atau nggak, atau bahkan dia sudah punya gebetan’ balas
Ify dengan cepat. Tangannya sudah terasa pegal. Tak berapa lama, iPhone
miliknya sudah dihujani sms.
Hah, masa Rio udah
punya gebetannn? Aaa...
“ckckck... kurang kerjaan amat deh.” gumam Ify sambil berbaring dikasur
empuknya. Tidak perlu menunggu lama, Ify sudah berlayar ke dreamland.
***
Rio memarkirkan motornya digarasi rumah mewah milik orang tuanya. Dengan
perasaan campur aduk, ia memasuki kediaman Haling tersebut. Dengan cepat, ia
pergi kekamarnya, lalu tidur.
***
Keesokan harinya, Ify dan Rio tidak saling berbicara satu sama lain. Hal
ini membuat Sivia dan Alvin heran. Tak biasanya kucing dan tikus ini berdiam
diri. “woyy, nape lo berdua ? kesambet ? nggak biasanya” ujar Alvin sambil
menempatkan tangan kanannya didagu dan tangan kirinya dilipat didepan dadanya.
Mirip seorang detektif. “diem lo” kata Rio dan Ify berbarengan. Mereka saling
menatapp, lalu melengos malas. Tak llama kemudian, bel berbunyi menandakan
pelajaran pertama dimulai.
***
Lonceng istirah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Sivia masih
setia merengek-rengek pada Ify. “Ify... ayolahh... kekantin... gue udah lapar
nihh” Sivia mulai menarik-narik tangan Ify. Ify hanya menatap Sivia. “Vi, ini
udah 15 menit istirahat loh. Emangnya, perut lo nggak tahan apa ? pergi sendiri
aja. Gue lagi males” balas Ify sambil menunjuk jam dinding yang terpampang rapi
di tembok dekat papan tulis. Sivia akhirnya mengangguk pasrah lalu pergi
kekantin sendirian.
Sekarang yang berada dikelas tinggal Ify dan Rio. “Oh, iya !” pekik Ify
kemudian mengambil iPhone miliknya yang ia simpan di dalam tas. Setelah
mendapatkannya, Ify berjalan menuju ke arah Rio yang sedang duduk melamun.
“HOY!” seru Ify mengagetkan Rio. “eh, ya ampun” ujar Rio refleks sambil
mengelus dadanya. Sedetik kemudian, ia melempar arah pandangnya ke samping
kiri, ditempat Ify berada. “lo kalau mau ngagetin mikir dulu dong. Untung gue
nggak punya penyakit jantung” omel Rio pada Ify yang sedang nyengir dan
mengangkat jari tengah dan jari telunjuknya. “hehehe... peace” Ify kemudian sibuk
mengutak-atik iPhone putihnya, lalu menyodorkannya pada Rio. “nih, baca semua
sms masuk gue” dengan heran, Rio mengambil iPhone Ify, kemudian membacanya
satu-persatu. Seketika, senyum Rio mengembang. Senyumnya sangat manis, hingga
Ify jadi terpana. Oh my God, malaikat tak
bersayap gumamnya dalam hati. Dengan segera, Ify menggelengkan kepalanya.
“nape lo, Fy ?” sebuah suara mengagetkannya. “eh nggak, Yo. Lo sendiri kenapa
senyam-senyum ?” “ehehee... banyak juga yah, yang nge-fans sama gue... ya
iyalah.. Rio” ujar Rio sambil menepuk bangga dadanya. “yee.. belagu amat lo”
cibir Ify. Tap... tap..tap.. deru suara langkah membahana dikelas XI IPA1. Baik
Ify maupun Rio memandang kearah pintu kelas yang sudah penuh dengan anak-anak
cewek disekolahnya. Ada kelas XII, ada kelas XI, ada juga anak kelas X. Semuanya
membawa chitato. wow, bakal pesta chitato
nih batin Rio sambil tersenyum senang.
“RIO INI BUAT KAMU”
“RIO RIO RIO RIO”
Jiahhh, teriakan anak-anak malah membuat keadaan kelas menjadi ribut.
“tenang... taroh aja dulu tuh chitato di tas gue. Sebagai terima kasih, gue
bakal ngasih nomor telpon gue” ujar Rio yang langsung disambut dengan sorakan
gembira siswa putri.
“gue duluan”
“gue”
“gue”
Rupanya, Dea dan Zevanas sedang memperbutkan untuk memasukan chitato
besar mereka ke tas pangeran Global Nusantara. Berbekal(?) semangat 45, Rio
menghampiri mereka sambil memasang senyuman maut, yang bisa bikin siapa pun
klepek-klepek, termasuk 2 orang ciptaan Tuhan ini. Ketika Rio tiba disitu, ia
langsung menyodorkan tangannya, sementara keduanya ternganga senang. Tanpa
mereka sadari, beberapa siswa sudah mendahului mereka. Dengan gembira, mereka
memberikan chitato mereka pada Rio. “ha.. hai Rio..” ujar Dea sambil
cengengesan najong dan memperaktekan gayanya yang ia buat bersama tembok(?)
tadi. “hahahahahha....” tawa Ify membahana(?) dikelas XI IPA1. Semua mata
mengarah kepada gadis cantik tersebut. “ups..” gumam Ify sambil menutup
wajahnya karna malu. ‘gue harus bisa’ batin Ify sambil membuka tangannya(?)
yang menutupi wajah imut miliknya tersebut. “Ehh.. hehehe.. sorry-sorry...”
ujar Ify sambil nyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “eh, iya...
ADA YANG MAU GUE COMBLANGIN SAMA RIO ?” seru Ify yang membuat semuanya histeris,
kecuali Rio. Ia menatap bingung pada Ify. ‘ni anak knapa ya’ pikir Rio sambil
menatap Ify heran.
“Ify, gue yaaaa”
“Fy, guee”
“isshh, gue”
“gue”
Blablabla... intinya, semua mau dicomblangin sama Rio –samadong-. “OKE
OKE STOPPPP....” teriak Ify melerai pertengkaran beberapa siswi. “Fy . .” “DIEM
LO” bentak Ify yang berhasil membuat mulut Rio terkunci. Dengan gerak cepat,
Rio menuliskan beberapa deretan kalimat di iPhone nya, lalu dikirim pada Ify. Rio
menatap setiap gerak-gerik Ify, juga perubahan ekspresinya. Terakhir, ia
melihat tangan Ify dengan cepat mengetuk-ngetuk layar iPhone dengan ekspresi
takut berlebihan. Rio tertawa puas melihat ekspresi Ify yang menurutnya lucu dan unik.
From : pesek gila
Fy, lo lanjutin misi
sinting lo itu, gue jamin kolam renang belakang rumah lo itu akan jadi sasaran.
Beberapa
kalimat simple, tapi bermakna mengan-cam. “Oke guys. Nggak jadi deh... gue ada
misi lain” umum Ify pada teman-temannya yang terheran-heran menatap Ify dan Rio
yang jaraknya nggak sampai 3 meter, sms-an. Dengan lesu, semuanya mengangguk
lalu keluar dari kelasnya pangeran GN ini. Ketika kelas sepi, Ify mengambil
sebuah kamus bahasa inggris yang tebalnya mele-bihi novel harry potter, lalu
ditimpuknya kepala pria hitam manis ini. “aduh” ringis Rio sambil memegang
kepalanya. “lo coba ngancem gue hah ?” desis Ify tajam. Matanya kini berahli
pada pria disamping kirinya ini. Tatapan itu sangat sinis, ke-mudian menjadi
tatapan yang sayu. “Lo gimana sih, kalau ntar gue mati, siapa coba yang bakal
ceritain kalo lo masih takut tidur sendiri” ujar Ify santai.
*PLETAK*
Jitakan Rio mendarat mulus di dahi gadis manis ini. “Lo kalo mau buka
aib orang jangan disini dodol” bisik Rio sambil membungkuk untuk menyamakan
tingginya dengan tinggi Ify. Sekarang, posisi mereka berhadapan dan jarak
mereka sangat dekat. ( ya iyalah, namanya bisik-bisik ). “Fy.. lo.. AAAAA”
seseorang nampak membuyarkan kegiatan Rio dan Ify. Saat mereka berbalik(?)
badan, mereka mendapati Sivia yang tengah berdiri sambil menutup mata sipitnya
dengan kedua tangan miliknya. Ify berjalan kearah Sivia. Sedangkan Rio, dia
sudah duduk manis dibangkunya. “Vi, kenapa lo ?” tanya Ify yang sudah berada
didepan sahabat tercintanya itu. Ia menyentuh tangan Sivia. “udah ya” gumam
Sivia sambil membuka matanya lalu menatap Ify. “Lo tuh masih SMA Fy, jangan
buat adegan 17 tahun keatas dong” nasihat Sivia sambil menepuk pundak Ify bak
seorang ayah memberi nasihat pada anaknya. PLETAK sebuah jitakan sayang(?)
meluncur hebat di dahi gadis Sipit ini. Segera Sivia menempatkan tangannya pada
dahi korban jitakan Ify. “Sakit dodol” omel Sivia pada Ify. Gadis berbehel ini
hanya mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya, sambil memperlihatkan
deretan gigi yang dipagari behel biru itu. “lagian lo sih, siapa juga yang mau
buat adegan 17 tahun keatas sama si pesek satu itu” ujar Ify dengan watadosnya.
“gue denger lo, Fy” kata Rio sambil menyentuh pundak Ify. Saat Ify mem-balikan
badannya, Rio langsung menghadiahinya dengan sebuah toyoran gratis(?). “aduh. .
. heh, lo itu kalo udah pesek ya pesek aja. Nggak usah ngajak orang lain. Sakit
nih, ampe di idung” omel Ify pada Rio sambil memegang hidungnya. Rio tak
menggubris omelan Ify. Ia berjalan kearah bangkunya dengan gaya yang super
duper cool. Ify yang melihat itu
langsung terpana. Wow, cowok se rese Rio,
ternyata bisa juga jadi ganteng(?) ujar Ify dalam lamunannya(?). ia
menyanggah kepalanya dengan tangan kiri lalu menatap Rio dengan tatapan kagum.
Sedangkan Rio, ia merasakan ada yang menatapnya. Ia kemudian mengedarkan
kepalanya disebelah kiri, tepatnya di bangku Alyssa Saufika Umari, mak comblang
nomor satu itu. Seketika itu juga, ia berjalan menghampiri Ify yang sedang
melamun. Sesampainya di tempat Ify, ia berdehem kecil. “ehm” Ify segera
tersadar dari lamunannya. Ia menatap Rio sebal. Sebal ? iyalah.. orang lagi
melamun enak(?) diganggu. “Lo punya hati sama gue ?” tanya Rio datar, sambil
memasang gaya coolnya. “eh, nggak kok,Yoo. Gue tuh lagi ngelamunin..
ngelamunin.. eh, ngelamunin adek gue” ujar Ify terbata-bata. “oh” respon Rio
singkat sambil kembali ketempatnya.
***
SMA Global Nusantara sudah pulang sejak 2 jam yang lalu, tapi sekolah
ini masih dihuni oleh beberapa siswa. Rio dan para anggota basket, sedang
mengadakan latihan kecil, untung mempersiapkan diri, jika tiba-tiba ada
pertandingan mendadak. “Latihan selesai” teriak Rio selaku kapten basket dari
luar lapangan. Ia kemudian beristirahat sejenak sambil bergerak-gerak kecil.
“bro, gue pulang duluan ya” pamit Alvin yang langsung disusul anggukan beberapa
anggota lain. Rio hanya menatap mereka sekilas lalu tersenyum dan menganggukan
kepalanya. Semuanya pun langsung pulang, terkecuali Rio. Ia membenahi tas
sekolahnya, lalu segera beranjak untuk keluar dari lapangan sekolah. Rio
kemudian berjalan menuju ke arah parkiran, untuk mengambil cagiva hitam
kesayangannya. Pulang. Itulah satu kata yang sedari tadi berputar-putar di
pikirannya. Namun, niatnya itu segera ia urungkan ketika melihat seorang gadis
cantik yang sedang berdiri sendirian di depan gerbang sekolah, sambil menatap
layar ponsel miliknya sendiri, dan menghentak-hentakkan kakinya. Rio
menghampiri gadis itu, lalu menawarinya untuk pulang bersama. “Fy, pulang
bareng yuk” ajak Rio pada gadis itu yang adalah Ify. Ify menatap Rio. “nggak
deh, makasih. Gue takut ngerepotin lo” tolak Ify halus sambil memberikan senyum
manis. Entah kenapa, ia merasakan deguban jantungnya menjadi 2 bahkan 3 kali
lipat saat ini. Rio tertawa kecil mendengar jawaban Ify. “nggak kok, Fy. Lagian
kalo ngerepotin, ngapain juga gue ngajak lo” ucap Rio sambil mengacak pelan
poni Ify. Pipi Ify menjadi merah. Ia menunduk untuk menutupi kesaltingannya.
“udah, ayo naik” ujar Rio sambil menarik pelan tangan Ify. Entah mengapa, perut
Ify seperti digelitik oleh ribuan kupu-kupu *oke,lebaybangetnih*. Selama
diperjalanan, Ify tidak berpegangan pada Rio. Malu katanya(?). tanpa Ify
sadari, Rio tersenyum geli melihat tingkah Ify yang berada tepat dibelakangnya.
Ify sedang menunduk, sehingga membuat rambut panjangnya yang digerai indah
menari kearah belakang. Setelah 20 menit menempuh perjalanan, Rio menghentikan
cagivanya di tepi pantai yang indah. Sunset-nya sangat terlihat jelas dari
tempat ini. “Yo, kok kita kesini sih ?”tanya Ify kebingungan. Rio tak menjawab
pertanyaan Ify. Lelaki itu malah menatap kearah langit sore yang indah
disebelah kirinya. Gadis cantik itu mengikuti arah tatapan Rio dan langsung
terpana dengan pemandangan yang ada. Tak lama kemudian, Ify merasakan tangannya
menghangat. Matanya berahli menatap kedua tangan miliknya, yang sedang terpaut
dengan tangan seorang lelaki. Ya, lelaki itu adalah Mario Stevano Aditya
Haling. “gue cinta sama lo” ujar Rio singkat, sambil menatap Ify. 4 kata yang
sederhana, tapi mampu membuat Ify terdiam, bungkam seribu bahasa. Ify menatap
Rio tepat dimanik matanya, mencari sebuah kebohongan. Namun, yang didapatinya
adalah tatapan ketulusan dan kesungguhan. “gue selalu menolak setiap gadis yang
pengen lo comblangin sama gue, karena gue pengen nyombalngin diri gue ke elo”
jelas Rio tetap menatap Ify. “tapi Yo..” “gue tau lo nggak cinta sama gue”
potong Rio cepat lalu melepaskan tangannya yang sedang menggenggam tangan Ify.
“besok gue ke Aussie” Rio lalu pergi berjalan ke arah motornya. ‘gue harus
bisa’ batin Ify mantap. Ia segera berlari menghampiri Rio, dan langsung
memeluknya dari belakang. “gue juga cinta sama lo, Yo. Jangan pergi... gue
pengen jadi pacar lo...” ujar Ify sesengukan dibalik punggung kokoh Rio. Ukiran
senyuman manis terpampang jelas dibibir lelaki hitam manis itu. Ia lantas
membalikan badannya dan memegang bahu Ify, kemudian memeluknya erat, seakan tak
akan pernah ia lepas. Ify tetap terus menangis, bahkan sekarang lebih kencang.
“hey, kenapa menangis sayang...” ujar Rio lembut, sambil melepaskan pelukannya,
dan menghapus kedua anak sungai yang sudah terbentuk pada pipi kekasih barunya
itu. “jangan pergi...” lirih Ify di sela-sela tangisnya. “sudahlah, aku tidak
akan pergi, tadi itu hanya bercanda” kata Rio sambil mencium kedua pipi Ify.
“ayo pulang” ajak Rio sambil menggenggam tangan Ify lalu naik keatas motor.
“sayang, pegangan dong” “pegangan dimana ?” ujar Ify polos. Tawa pun keluar
dari mulut Rio. Sungguh, kekasihnya ini sangat polos. Tentu, karna Ify belum
pernah pacaran. Eits, bukan berarti Ify gak laku ya. Banyak sih yang nembak
dia, tapi belum ada yang srek dihati. Tak lama kemudian, Rio menarik tangan Ify
dan dilingkarkan pada perut sixpacknya#eaa. Dan sekarang, mereka beranjak
pulang. Yaaaaahh, mak comblang udah nemuin cintanya. THE END.
Wkwkw.... cerbung ini gak masuk diakal. *jangan.di.contoh*
Rabu, 31 Juli 2013
Hai
haiiii.... lo semua pasti pada kenal sm gue kan ? Nggak ? Masa ? Ciyus lo cemua nggak kenal gue ? ituloh, gebetannya si Mario Stevano Aditya Haling*plak* ehee... nggak ding... gue adalah... jreng-jreng-jreng...*apadah* nggak jadi. karna gue yakin nggak ada yang bakal baca ni tulisan artis*plak*. sekian dannnnnnn THANK YOU
Love at Japan ( cerpen RiFy )
Liburan sekolah sudah
tiba. Si raja siang terlihat begitu semangat menjalankan tugasnya. Nampak
seorang gadis berdagu tirus dan bertubuh mungil sedang duduk dibalkon kamarnya.
“hmm... liburan kali ini... kemana ya ?... ke Jepang aja deh” gumamnya sambil
berdiri lalu menuju keluar kamar. “MAMAAAAA.... PAPAAA....” teriaknya begitu
kencang. “Aduhh... jangan teriak teriak dong. Ada apa Ify ?” ya sudah bisa
ditebak, namanya adalah Ify atau lengkapnya Alyssa Saufika Umari. Gadis ini berumur
16 tahun. “hehee... ma, pa, liburan ini, Ify mau ke Jepang ya ? sendirian aja.
Pliisss....” mohon Ify sambil memasang muka memelas. Mama papa Ify terlihat
kaget, dan langsung berbisik bisik. Ngintip yuk.. hihi..^^
“pa, gimana ? kasih
izin nggak ?” bisik mama Ify.
“boleh. Tapi dia nggak
boleh sendirian”
“oh mama tau ! sama Rio
aja”
“ya ! mama pinter deh”
“bisikin apa sih ? lama
banget.” Geram Ify yang dari tadi dicuekin sama mama papa nya. Ke-2 orang tua
Ify berhenti bebisik lalu tersenyum menghadap kearah Ify. “Boleh... sangat
boleh” ujar mamanya sangat yakin. “beneran Ma, Pa ?” tanya Ify dengan mata
berbinar-binar. Mereka berdua mengangguk. “YEESSSS ! makasih ma, pa” ucap Ify
sambil memeluk kedua ortunya. Di pikirannya saat ini hanyalah membeli kacamata,
kaos, dress, celana, sepatu dan semua yang bermerk bagus. “tapiii...” omongan
mama Ify membuyarkan lamunan –indah-nya. “Tapi apa ?” Ify lantas melepaskan
pelukannya dan menatap heran pada mamanya. “harus sama RIO” lanjut papanya
sambil menekan nama Rio. “APAAAAA ?” teriak Ify sangat keras, sehingga
orang-orang yang berada di rumah itu harus menutup telinganya. “papa, nggak
bisa gitu dong.. ify pengen sendirian papa... lagian, papa taukan, kalo Rio itu
musuh bebuyutan Ify. Ayolahh... ify pengen sendirian... Ify bisa jaga diri kok,
pa. ya ? ya ? yaaa? ” rayu Ify pada papanya. Sedangkan mamanya ada diluar
sedang menelpon seseorang. “Kamu pilih deh. Pergi ke Jepang sama Rio atau nggak
pergi sama sekali ?” kata papa Ify. Mau tak mau, Ify memilih pilihan pertama.
“Iya deh, sama Rio.” Ujar Ify malas. “nah bagus. Lagian, ini untuk kebaikan
kamu Ify. Siapa nanti yang akan jagain kamu disana. Kalau nanti ada penjahat ?
terus kamu diculik, disekap, terus dibu..” “papa, nggak usah terlalu banyak
ngeyel deh” ujar Ify. Mama Ify datang dan tersenyum “Ify sekarang siap-siap ya.
Mama udah nelpon tante Dea supaya bilang ke Rio. Dan Rionya mau, dipaksa dikit.
Hehee. Untuk tiket, mama udah pesenin pesawat malam ini ke Jepang.” Ujar mama
Ify santai. Ify melongo. “ya udah deh. Dada ma, pa” Ify lalu beranjak
kekamarnya dengan malas.
***
Drrrrtddrrrttt...
ponsel mama Rio bergetar pertanda ada telpon masuk. Rio yang melihatnya
langsung mengambil ponsel itu dan berlari menuju mamanya. “ma, tante Zahra
nelpon” ujarnya sambil memberikan handphone itu kepada mamanya, tante Dea.
“makasih sayang. Tolong buatin mama teh hangat ya.” Rio mengangguk dan
melangkah ke dapur. Tante Dea menerima panggilan itu dan berjalan kearah taman
belakang.
Dea : halo, Zahra. Selamat siang
Zahra : halo Dea. Selamat siang. Maaf mengganggu
kamu sebentar
Dea : tak apa-apa. Ada apa ?
Zahra : aku mau meminjam Rio
Dea : berhubungan dengan Ify ? boleh boleh sekali
Zahra : terima kasih. Tapi, ini ke Jepang loh sama
Ify . tiketnya sudah saya pesan malam ini. Mereka 2 minggu loh disana. Aku
takut Ify kenapa-napa.
Dea : kemana aja boleh asalkan sama Ify. Baiklah,
saya tanya dulu ke Rio
Dea melihat Rio sedang
berjalan kearahnya dengan membawa secangkir teh. “Rio, sini nak” panggil Dea.
Rio semakin mempercepat langkah. Setelah sampai dihadapan Dea, Rio meletakan
teh itu diatas meja disamping Dea. “ada apa ma ?” “gini loh, Yo. Si Ify mau ke
jepang” “lha, terus hubungannya sama aku apa ?” “kamu temenin dia lah” celetuk
tante Dea, yang mampu membuat Rio melototkan matanya. “NGGAK !” ujarnya tegas.
“Ya udah. Kalo kamu mau gitar kamu dijual, ATM kamu mama ambil, nggak ada ruang
musik, nggak ada alat mus. . .” “IYA DEH. RIO
MAU” Dea tersenyum sebentar dan berbisik pada Rio. “Tiketnya malam ini.
Sekarang kamu bergegas. Oh, ya. Kamu disana 2 minggu” lanjut Dea. Rio melotot kaget. Bagaimana bisa
ia berada di negara sakura itu dengan seorang gadis yang notabenenya ‘MUSUH
BEBUYUTAN’ dengannya. Mau tak mau ia segera berjalan kekamarnya, dan
mempersiapkan segalanya.
Dea : Zahra, Rio mau. Walaupun aku paksa sedikit.
Hehee... 1 jam lagi dia sudah disana.
Zahra : Terima kasih Dea. Kamu memang sahabatku yang
terbaik. Ya sudah. Selamat siang.
Dea : sama-sama. Selamat siang.
Tutt... tut.. sambungan
terputus.
***
Rio memasukan baju
terakhirnya disebuah koper kecil dengan wajah ditekuk. “mama apaan sih. Udah tau
gue sama si behel cungkring musuhan banget. Malah disuruh berangkat bareng.”
Omelnya. “hufffth... akhirnya selesai juga” Rio me-lap keringatnya. “gue mandi dulu
deh” ujarnya sambil berlari menuju kamar mandi dan segera mandi.
10 menit kemudian...
Rio sudah selesai
mandi. Ia terlihat sangat keren. Celana jeans panjang, kemeja putih yang
lengannya digulung dan 2 kancingnya dibiarkan terbuka sehingga memperlihatkan
kaus hitamnya, sepatu kets hitam yang sangat pas dengan kakinya, dan untuk
sentuhan terakhir ia memakai topi berwarna putih yang bercorak hitam. Tak lupa
ditelinganya sudah terpasang earphone putih. Dimatanya juga sudah ada kacamata
hitam. “MAMA... RIO UDAH SIAP” teriaknya. Ia segera turun kebawah sambil
membawa koper kecilnya. “langsung aja kerumah Ify” balas Dea dari dapur. “ya
udah, Rio berangkat ya. Salam buat papa” Rio pun pergi kerumah Ify dengan taxi.
***
Ify sudah selesai
memasukan semua barang yang ia perlukan. Dia juga sudah selesai mandi dan
bersiap siap karena hari sudah sore tepatnya jam 4 sore, dan pesawat akan
berangkat jam 6 sore. “huffth.. semuanya sudah selesai... gue kebawah dulu deh”
gumam Ify sambil berjalan dengan membawa kopernya.
***
Ting.. tong.. suara bel
pintu berbunyi. ify yang baru saja ingin duduk langsung terpelonjak kaget dan
segera membuka pintunya. CKLEEKK....Ify menatap sekilas orang didepannya. Ia
tidak mau lama-lama, karena nanti ketahuan ia terpesona. “Ya elah... gue kira
orang penting. Ternyata si rese. Kalau tau itu lo, gue nggak perlu capek-capek
bukain pintu” Ify mengomel setelah tau orang itu Rio. ‘ganteng banget lo, Yo’
batin Ify berbicara. Rio menatap Ify tak bergeming. ‘Ya ampun, ini lo, Fy ?
sumpfaah cakep banget’ batin Rio. Ify mengenakan kaos putih dengan pita hitam
di sisi kiri atas. Celana jeans panjang, sepatu berwarna hitam pekat, dan
rambut dikucir satu dan poninya dibiarkan terurai serta polesan make-up
berwarna natural dan tas berwarna hitam bergaris putih. Mereka terlihat sangat
serasi.“masuk gih” kata Ify sambil berjalan mendahului Rio. Rio pun tersadar
dari lamunannya. Ia pergi masuk dengan Ify. Tiba-tiba, tante Zahra datang
sambil membawa setoples cemilan kesukaan Rio dan Ify, kemudian meletakannya dan
mengambil segelas teh hangat dan menaruhnya didepan Rio. “Punya Ify mana, ma ?”
tanya Ify. “buat sendiri sana” jawab mama Zahra. “ish.. mamaa..” kesal Ify
sambil berdiri dan menatap Rio. Rio hanya memeletkan lidahnya. “maaf loh, Yo.
Tante udah ngerepotin kamu. Jagain Ify yah disana” kata mama Zahra sambil duduk
didepan Rio. Tak lama kemudian Ify datang sambil meminum sebotol air mineral
dengan wajah cemberut. “mama ini gimana sih... suruh Ify bikin teh, eh.. teh
sama gulanya abis” Ify mengembungkan pipinya pertanda ia sedang kesal, tapi
malah terlihat lucu. Rio tersenyum sedikit melihat tingkah Ify. Ia tahu bahwa
tingkah itu tak dibuat-buat. “okeh. Sekarang kalian berangkat gih. Suruh pak
Mamang anterin. Baik-baik yah disana” kata mama Zahra yang langsung disusul
anggukan mengerti keduanya. “dadah ma/ tante” ujar RiFy barengan. Mereka
berdua pergi menggunakan mobil Ify.
***
Sesudah check-in, Rio dan Ify menunggu disebuah ruangan
dengan orang banyak. Beberapa perempuan dan laki-laki remaja menatap Rio dan Ify
dengan kagum dan iri. Mengapa kagum ? karena penampilan mereka berdua yang
serasi dan awesome , iri karena
mereka mengira Rio dan Ify adalah sepasang kekasih. “Yo, gue risih nih. Dari
tadi mereka liatin kita terus” bisik Ify. “ya udah, kalo lo risih, labrak aja
tuh orang-orang. Selesaikan” balas Rio santai. “perhatian... perhatian... kepada penumpang pesawat Garuda Indonesia
dengan nomor penerbangan RFM2406 agar segera menaiki pesawat melalui gerbang
nomor 1. Sekali lagi kepada penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor
penerbangan RFM2406 agar segera menaiki pesawat melalui gerbang nomor 1. Terima
kasih.” Terdengar suara dari pengeras suara. Rio dan Ify segera pergi
menuju gerbang 1.
***
Pesawat sudah mau mendekati waktu lending. Ify terlihat
sangat gelisah. Dari tadi matanya merem terus, tangannya dikepal kayak orang
ketakutan. ‘OMG tolong gue dong. Gue paling takut waktu lending gini.
Pesawatnya kayak mau jatoh...’ batin Ify ketakutan. Rio dari tadi
terheran-heran dengan Ify. ‘kayaknya, dia takut deh, waktu lending gini’ Rio
langsung menarik lalu menggenggam tangan Ify dengan lembut. “eh..” gumam Ify
sambil membuka matanya. DEG... pemandangan pertama yang didapatinya adalah
senyuman manis dari Rio. “gue tau... lo pasti takut kan ?” ujar Rio dengan nada
lembut. Ify hanya mengangguk kemudian menunduk. “Eh.. Yo tangan lo...” Ify lalu
menatap Rio yang sedang bersandar dan merem. “biarin aja... supaya lo nggak
takut” kata Rio. Pipi Ify berubah warna(?) menjadi merah merona. “ma.. makasih”
ucapnya tulus sambil menyunggingkan senyuman manis.
***
Tokyo. 09.00 a.m
Mereka sudah berada di
Tokyo, dan sudah mendapat hotel yang dibooking tante Zahra lewat internet. Tapi
mereka belum pergi kehotel itu, sementara barang-barang mereka sudah duluan(?)
diantar pake taksi tadi.“Wah... bagus banget ya, Yo” kata Ify kagum yang hanya
ditanggapi dengan anggukan kecil dari Rio. Mereka sekarang berada dipusat
perbelanjaan Tokyo, Harajuku. Semuanya penuh dengan papan menarik toko-toko fashion ternama. Tak sengaja, mata Ify menangkap
segerombolan remaja wanita berkostum unik. Mereka terlihat sangat lucu. “Yo,
foto bareng mereka yuk” ajak Ify semangat sambil nunjuk-nunjuk ke arah remaja
tadi. “nggak nggak ah... malu gue. Masa laki-laki foto bareng cewek yang pake
kostum... apaan tuh ?” “BARBIE !” sambung Ify cepat. Raut kecewa terlihat
diwajah Ify. “Ya udah deh.. nggak pa-pa” pasrah Ify. Melihat itu, Rio menjadi
kasihan juga. “jangan gitu dong mukanya.. jelek tau ... hmm.. oke... tapi lo
yang foto bareng mereka, gue yang fotoin. Gimana ?” tawar Rio sambil menunjukan
kamera SLRnya. Ify mengangguk cepat sambil tersenyum senang. “Nah.. gitukan
cantik” ujar Rio sambil tersenyum dan bersiap mengacak-acak poni Ify. Melihat
itu, Ify langsung memegang tangan Rio, bermaksud mencegah. “ehhheehh... jangan...
ntar rusak lagi poni gue” kata Ify tidak menyadari kalau ia masih memegang
tangan Rio. “ehem... Fy..” “apa ?” tanya Ify heran. “mau sampe kapan lo pegang
tangan gue ? lo suka ya sama gue ?”goda Rio. Ify menatap tangannya yang masih
memegang tanagn Rio. Seketika ia melepasnya dan menahan malu. “engg... enggak
ko.. enggak.. lagian.. lo ke-PD-an deh..” ujar Ify salting. “Masa sih ? ngaku
deh lo, behel” “Ishh,,, lo apa-apaan sih... dasar rese” “cungkring” “lo juga”
“nggak tuh, gue mah keren pisan euy..” “kerenan gue dong” ujar Ify bangga.
“Iya.. iya.. terserah lo deh... lagi nggak mood gue debat sama lo.
Ujung-ujungnya tetap gue yang ngalah. Elo-kan nyolotnya selangit” kata Rio
sambil menyindir Ify. Mendengar itu, Ify langsung manyun. “Nggak usah pake
manyun, kan bisa neng ?” ujar Rio sambil menatap Ify. Ify semakin menjadi-jadi.
Ia memanyunkan mulutnya semanyun-manyun(?)nya. Perlahan, Rio membungkukkan
badannya sehingga wajahnya tepat berada disamping Ify. “kalo lo manyun sekali
lagi, bibir lo nggak bakal selamat” bisik Rio tenang, tapi terdengar mengancam
dan mengerikan. Ify langsung menelan air liurnya. “oke.. oke.. sekarang, jauhin
wajah mesum lo dari hadapan gue” Rio pun menarik(?) wajahnya kembali sambil
tersenyum penuh kemenangan. Ify mencibir sebal sambil sesekali merapikan
rambutnya. “Ya udah, ayo. Keburu pergi tuh barbie norak” ujar Rio sambil
menggandeng tangan Ify layaknya seorang kekasih. “elo tuh yang norak” ujar Ify.
“jangan mulai lagi deh” mereka pun berjalan lagi menuju kearah ‘barbie norak’
–kata Rio sih-. Ketika mereka sudah hampir sampai, Rio dan Ify terheran-heran
melihat beberapa diantara mereka yang berbisik-bisik sambil senyum-senyum
najis(menurutRio) menatap Rio. “Fy, feeling gue nggak enak nih” bisik Rio
pelan. “nggak pa-pa kok” balas Ify mencoba menenangkan Rio. Mereka sudah
berjarak 2 meter dari barbie-barbie itu. “Hai. Can I....” ucapan Rio terpotong
ketika melihat salah satu dari barbie itu berjalan mendekatinya dengan tatapan
yang menggoda. Rio meneguk ludahnya sambil membatin ‘tuhkan... bener feeling
gue’. “HUAAAAAAAA KABUURRRRR” teriak Rio sambil menggeret Ify yang dari tadi
berbicara dengan anak kecil, lalu lari. Barbie-barbie itu berlari mengejar Rio.
“Your, handsome boy. Awww.... i’m fall in love with you” ujar barbie yang
paling norak. Karena beberapa barbie itu adalah ‘bencong tulen’, Rio pun
tertangkap, lengkap dengan Ify (?). Mereka mulai menggoda-goda Rio, mencolek
dagunya, mencubit pipinya. Keadaan udah panas banget. ‘kayaknya gue harus nekat
nih, dari pada mati disini’ batin Ify yakin. Ia menarik napas dalam-dalam.
“STOOOOOOOPPPPPPP...... DON’T DISTRUB US, HE IS MY BOYFRIEND” teriak Ify sangat
kencang lalu merangkul lengan Rio. semua sempat kaget dengan tindakan Ify.
‘boleh juga ide Ify’ batin Rio senang. “Yes, I am her boyfriend, and her my
girlfriend.” Jelas Rio. Tatapannya kini berahli kearah Ify yang memasang muka
–sok- ngambek. “Dont angry again, dear. I’m sorry” ujar Rio –sok- tulus, sambil
memegang pipi Ify dan tersenyum maksa. “oouuuwhhh... So sweet” kata semua orang
disitu sambil menatap RiFy kagum. “excusme. We have to go now” pamit Rio sambil
merangkul Ify mesra. DEEGGG... DEEEGGGG.... DEEGGGG... detak jantung Rio dan
Ify tidak bisa dikendalikan. Mereka pun pergi pulang ke hotel.
---------------------------------------------------------------------------
Hotel Rify’s Japan.
“Jadi hotel rify udah
ada di Jepang ? kok gue nggak tau ya ?” gumam Ify bertanya. Pasalnya yang punya
hotel ini adalah Sivia, kakak sepupu Ify. “Norak banget sih lo. Ini tuh hotel
barunya kak Sivia, yang minggu lalu diresmiin.” Jawab Rio. “Oh... yang waktu
katanya mau resmiin hotel baru ? ternyata disini. Udah ah masuk yuk...” ajak
Ify sambil menggandeng tangan Rio. Rio terpelonjak kaget. “heh, behel gila.
Ngapain lo pegang-pegang tangan gue ?” ujar rio nggak nyante. Tapi percuma, Ify
tak mendengarnya.
“Excusme, can I help
you ?” ujar seorang cowok berseragam khas hotel Rify. ‘kayaknya gue kenal
banget deh sama ni suara’ batin Ify berbicara. Reseptionis itu mendongkakan
kepalanya. “IFY ?” “HAH ? KAK ALVIN ? Bwhaaaahahaha haahahahaaaa” ujar Ify kaget sambil diselingi
tawa. Alvin hanya menggerutu sebal. “Eh, elo, Vin. Ngapain lo disini ?” sapa
Rio kaget juga. “Ada lo juga, Yo ? waduuh malu deh gue” ujar Alvin sambil
menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Gue disuruh sama kakak sepupu tercinta
lo itu, Fy. Si Sivia sableng” gerutu Alvin. “Hush.. istri sendiri dibilang
sableng. Ntar dia denger nyahok lo” ujar Ify sambil tersenyum menahan tawa.
“ehhhmmmm.... siapa yang sableng ? HAH ?” seorang cewek cantik tiba-tiba berada
dibelakang Alvin. “KAK VIAAAAAAAA......” teriak Ify sangat senang. “EH....
IFYYYYY.... lama ya... kita nggak ketemuan” ujar Sivia sambil ber-cipika-cipiki
dengan Ify. “Kak, tadi kak Alvin bilang lo sableng” adu Ify pada Via sambil
menunjuk Alvin yang terlihat pucat. Sivia menatap horor pada Alvin.”Dasar suami
gila. Istri sendiri dibilang sableng. Terus suaminya apa hah ? rombeng ? gembel
?” beginilah Sivia kalau sudah marah. Tapi biar begitu, ia sangat cinta sama
Alvin. “Kamu sih. Suami cakep kayak gini di suruh jadi reseptionis. Kan nggak
asik” “ya udah. Nanti aku suruh Cakka gantiin kamu” “bukannya Cakka di Aussie
?” “oh, iya lupa. Nova ?” “di Amerikaaaaaa, kak Viaaaa” “Sion ? Patton ? Dayat
? Febby ? Prissy ? Angel ?” tanya Sivia beruntun. “Indonesia, Malaysia,
Singapura, Florida, Paris, Brazil” jawab Ify dan Rio beruntun. “OH IYA ! Alvin
aja terus” seru Sivia diakhiri cengiran khas. Semua pun melirik Alvin. “APA ?
NO WAY” “NGGAK POKOKNYA HARUS KAMU” blablablabla... pasangan Alvia ini jika
sudah bertengkar... kagak bakal kelar2. “kak, kunci kamar gue mana ?” ujar Rio
dan Ify bersamaan. “Nih... KAMU TUH YA.... JADI SUAMI NGGAK BERBAKTI SAMA ISTRI
SENDIRI... GIMANA NANTI KALAU blablabla...” Sivia lalu memberikan 2 kunci
kamar, dan lanjut memarahi Alvin. Rio dan Ify langsung ngacir kekamar
masing-masing.
***LIFT***
Saat Ify dan Rio suda
berada didalam lift, tanpa sengaja, tangan Rio menyentuh tangan Ify saat Ify
mau menekan tobol yang sama. DEG DEG DEG DEG DEG DEG “eh..” gumam keduanya.
Tatapan mereka beradu (ceilahhh). “Ngapain lo pegang-pegang tangan gue ?”
bentak Ify untuk menutupi kesaltingannya. “sorry. Gue nggak sengaja.” Ujar Rio
datar tanpa ekspresi. Saat mereka ingin menekan tombol lagi, tangan mereka
bersentuhan lagi. “gue aja” “gue” “gue” sementara mereka berdebat, tangan Ify
sudah merayap(?) menekan tombol 30 ( 24 + 06 = 30 ).”lo kalah cepat sama gue ..
wleee” ujar Ify sambil memeletkan lidahnya. Dalam hati, Rio tertawa gemas
melihat tingkah Ify, tapi tentu ia sembunyikan. “iya deh” ujar Rio pasrah.
TING... Lift terbuka
–cepet amat-. Ify dan Rio pun langsung lari keluar.
***
“Yo, kamar lo nomor
berapa ?” tanya Ify sambil memperhatikan kuncinya. “Nomor 30. Lo ?” “gue nomor
31. Berarti kamar kita berseblahan dong ? kyyaaaa.... gue nggak mauuuuu !
tampang lo, tampang mesum tau !” ujar Ify histeris sendiri. Rio ngakak dalam
hati, tapi dia hanya senyum doang. “Lo pikir gue om-om ? hah ?” Rio melotot
pada Ify. “kan dikit lagi lo jadi om-om” ujar Ify polos. PLETAK ! sebuah
jitakan mulus mendarat di dahi Ify. “Aduh ! sakit, sek. Lo kalo mau ngejitak
gue, kira-kira dong” omel Ify sambil memegang dahinya. “Makanya, punya mulut
ya, dijaga neng” kata Rio santai. “ya, udah. Gue kekamar dulu ya. Babay, Bela”
Rio langsung menggeret kopernya kekamar nomor 30. “Bela ?” gumam Ify bertanya.
Ia lantas berbalik badan untuk melihat apakah ada orang lain selain dia. “Nggak
ada kok. Nah... terus .. ma.. maksud.. Rio ap.. apa ? jangan-jangan...
kyaaaa.... HANTUUUUU” dengan cepat Ify menarik kopernya menuju kamar Rio yang
pintunya agak terbuka sedikit. Keringat dingin sudah membanjiri pelipis Ify. Ia
sungguh takut sama hantu. CKLEK... “hosh... hosh... hampir aja... hosh” gumam
Ify. Nafasnya tersengal-sengal. Rio yang baru saja ingin mandi langsung
terhenti ketika mendengar jeritan Ify. Dilihatnya Ify sudah berada dikamarnya
lengkap dengan koper biru toscanya. “heh ! salah masuk kamar lo ! hush” usir
Rio pada Ify. “Rio ?!” Ify langsung memeluk lengan Rio. “gue.. gue takut, Yo.
Ada.. ada...” “ada apa ?” “ada HANTUUUU diluar” “HAHAHAHAAA ! Lo lucu deh, Fy.
Mana ada hantu dihotel elit gini. Ngayal lo” Ify langsung melepas pelukannya
dan menatap penasaran pada Rio.“Nah, lho. Terus, Bela itu siapa ?” tanya Ify
polos. “Bela itu elo !” gemas Rio pada Ify sambil mencubit pipi Ify. “aduhh...
sakit tau. Ngemeng-ngemeng. Nama gue kan Alyssa Saufika Umari atau Ify. Nggak
ada unsur ke-Bela- Bela’annya(?)kan ?” “Dodol lu... Bela itu singkatan dari
BEhel giLA. HAHAHA” Rio tertawa puas ketika melihat ekspresi kesal Ify. Ia
mengembungkan pipinya dan memanyunkan mulutnya. Tampangnya bukan seperti orang
ngambek atau kesal, tapi seperti anak 3 tahun yang sangat menggemaskan. Rio tak
tahan lagi. Ia segera mencubit pipi Ify, sambil tertawa pelan. “Eeee... Auuu...
Aduhh sakit ... sakit” jerit Ify sambil menutup matanya dan memegang pipinya
bermaksud untuk melepaskan cubitan Rio. Tapi, yang terjadi malah ia memegang
tangan Rio. “Ehhh.. sorry-sorry” ujar Ify sambil kembali menurunkan tangannya.
Rio hanya tersenyum kaku sambil mengangguk lalu melepaskan cubitannya. “Eh,
iya. Papa lo tadi sms gue, waktu di Indo sih. Tapi gue belom baca. Gue bacain
ya...” Rio lalu mengambil I-phonenya. “Dengerin baik-baik”
From : Om Hanafi.
Rio, jagain Ify ya, selama di Jepang. Maaf lho, om
nggak bisa anterin kalian berdua ke bandara, soalnya om banyak kerjaan nih. Oh
ya, Ify tuh anaknya agak susah diatur. Tingkahnya kadang-kadang kayak anak kecil
banget. Terus dia itu rada-rada bawel, cerewet, nyolot, manja, gampang banget ngambek lagi. Jagain Ify yah.
Ancam apa aja supaya dia nurutin kamu. I believe in you, Mario J.
“nah, Sekarang lo udah
dengerkan, nona Alyssa. Jadi gue nggak usah susah-susah jelasin lagi ke lo.”
Ujar Rio sambil tersenyum menang. Ify hanya melengos dan segera pergi
kekamarnya.
**Ify’s room**
Ia masuk ke kamarnya
dengan wajah ditekuk. “ishh.. sial banget gue. Tujuan gue kan mau liburan bukan
buat dijajah sama si pesek itu. Gila ! apa lagi 2 minggu di sini. Huffth..” kata
ify kesal. Ia segera mengambil peralatan mandinya dan segera mandi. 15 menit
kemudian... Ify keluar dari kamar mandi dengan handuk pendek yang melilit
ditubuhnya dan rambutnya. Ia segera membuka handuk yang ada dikepalanya dan
mengambil hairdryer. Tiba-tiba... CKLEKKK... “Fy gue.. AAAAAA” BUUUK “AAAAA”
teriak Ify ketika mendengar seseorang membuka lalu membanting pintu kamar hotel
itu. Ify segera mengganti pakaiannya
dengan baby doll yang bergambar sapi kecil dan imut. Ia tidak memperdulikannya.
**Rio’s room**
“segarnya...” gumam
Rio. Ia sudah selesai mandi. Tak berapa lama, ia merogoh kantung celana
jeansnya untuk mengambil I-phonenya. Rio terlihat sangat asik bermain I-phonenya.
Tiba-tiba I-phonenya itu mati. “Yaaaah... habis deh, batterynya. Gue pinjam ke
Ify deh chargernya.” Rio lalu melangkah kekamar Ify. Ia membuka pintu kamar
Ify. CKLEKKK... “Fy gue... AAAAAA” teriaknya dan langsung menutup pintu
kembali. BUUUK. “AAAAA” terdengar jeritan Ify dari kamar. “hosh...hosh..” Rio
tak sengaja melihat bagian tubuh Ify yang tidak tertutupi handuk. Begitu putih
dan terlihat mulus. Ahhh.. Rio lo mikir apa sih. Rio menyandarkan tubuhnya di
pintu dan memukul pelan kepalanya.
***
CKLEK... pintu itu
terbuka dan alhasil, Rio terjatuh kebelakang dan menindih tubuh Ify. Rio dapat
mencium aroma parfum Ify yang menurutnya sangat wangi dan terkesan seksi.
Begitu pun Ify. Ia juga dapat mencium aroma maskulin dari tubuh Rio. Ify sangat
menyukai bau maskulin dari pemuda tampan tersebut. “aduh.. heh, Rio mesum,
bediri lo. Berat banget nihh... makanya kalo mau bikin dosa jangan
sering-sering. Dosa lo berat banget” celetuk Ify sambil memukul pundak Rio
pelan. Rio segera berdiri dan merapikan bajunya. Ia tidak begitu memperhatikan
omelan Ify tadi. “Fy, gue pinjam charger lo dong. I-phone gue mati nih” Rio
lalu menunjukan I-phonenya yang sudah mati total. “bentar” ujar Ify kesal.
‘knapa tuh anak ? mungkin masih kesal gara-gara kejadian tadi. Hihhihiii’ batin
Rio sambil tersenyum sendiri. Tak lama kemudian, Ify kembali sambil memegang
charger I-phone dan memberikan pada Rio. “nih ! lain kali kalau mau masuk ketuk
dulu... gue sumpahin nggak laku lo” ucap Ify ketus sambil bersumpah. Rio segera
mengangguk dan mengambilnya lalu tersenyum kaku. “thanks. Gue balik dulu.
Dan... untuk sumpah lo, mohon di cabut nona Alyssa. Karena lo bakalan cinta
sama gue... byee” Rio lalu kembali kekamarnya. “Heh ! gue nggak pernah suka
sama lo, mesum ! Isshhh awas aja looo” Ify kemudian masuk kekamarnya dengan
perasaan kesal.
***Ify’s room***
“sumpahh... gue malu
banget tadi... Isssshh... dasar mesum” ujar Ify sambil duduk ditepi kasurnya.
Ia kembali mengingat kejadian tadi. “aiissh... gue kesel banget sama Rio.
Huffthhh” Ify melengos kesal lalu
melemparkan(?) tubuh mungilnya itu ketempat tidur. Tak berapa lama, Ify sudah
berada di dreamland.
***Rio’s room***
“Ify ify...
ckckckckck...” gumam Rio tak jelas sambil memasukan charger Ify ke I-phonenya
dan menyambungkan ke arah listrik. “gue tidur dulu deh” Rio pun merebahkan
tubuhnya di kasur empuk hotel tersebut.
****
Tak terasa, mereka
sudah 13 hari di Jepang. Dan semuanya dilewati dengan berkunjung
ketempat-tempat wisata di Jepang, tempat belanja dan tempat-tempat lainnya. Dan
hari ini, the last day at Japan. Ify
dan Rio lebih memilih mengunjungi tempat yang banyak bunga sakuranya
*guenggaktaunamanya*. Mereka berdua duduk dikursi taman yang paling pojok.
“Yoo... keren banget yaa” ujar Ify kagum sambil menunjuk deretan bunga pink
itu. Rio hanya mengangguk dan tersenyum. Sudah 30 menit mereka mengintari taman
itu. Tak sengaja, mata Ify menangkap sebuah kedai Ice cream di seberang jalan.
‘mumpung cuaca mendukung’ ucap Ify dalam hatinya. “Yoo” panggil Ify pada Rio
yang sedang asik-asik memotret bunga tersebut. “hmm...” respon Rio dengan
deheman tanpa mengahlikan pandangannya.
“yooo” panggil Ify
sekali lagi.
“hmmm” Rio masih tidak
menatap Ify.
“RIO !” panggil Ify
sambil membentak kesal.
“Kenapa ?” ujar Rio
sedikit kesal sambil menatap Ify.
“gue mau itu..” Ify
menunjuk kedai Ice cream tadi.
Rio menatap sekilas
tempat itu. Untuk pergi kesitu saja, nyawa yang jadi taruhan. Bagaimana tidak ?
kedai itu berada disebrang jalan yang sangat luas yang dilalui oleh
kendaraan-kendaraan yang berkecepatan WOW
banget. GLEK... Rio menelan salivanya.
“Riooo... anterin yaaa.
Gue mau kesitu” rengek Ify seperti anak kecil.
“Nggak ! lo nggak liat
apa. Kedai itu desebrang jalan raya. Lo mau nyari mati ?” tolak Rio.
“Ahhh.. Riooo gue mau
ituuu.... ayolaahh” Ify menarik-narik lengan Rio dengan manja.
“huuufthhh... lo taukan
akibatnya kalau melanggar perintah gue? Lo ba...”
“Lo bawel gue cium lo.
Itukan ? hufffthhh” lanjut Ify sambil menatap Rio kesal. Memang Ify sangat
bawel sama Rio. Segala macam ancaman sudah Rio keluarkan, tapi Ify punya
penangkalnya laah. Ify gitu lhooo. Tapi, jurus cium-mencium ini, yang tidak ada
penangkalnya. Ify mulai merengek-rengek pada Rio.
“huuhhh.. okeh... lets
go” Rio akhirnya pasrah. Dengan semangat 45, Ify menarik tangan Rio supaya
berjalan mengikutinya. Kali ini, mereka sudah sampai diujung jalan. Tinggal
nyebrang deh. ify mulai mengkomandoi mobil-mobil itu agar berhenti mereka mau
nyebrang. Selangkah lagi, mereka akan sampai. Tiba-tiba dari arah Rio, ada
sebuah sedan yang melaju sangat cepat. Rio yang melihat itu, langsung mendorong
kasar Ify, sehingga tubuh Ify terjatuh ditrotoar. “auuu...”rintih Ify sambil
mencoba berdiri. Kakinya terasa sangat lemas dan sangat sakit karena ada luka
dibagian lututnya.
CIIIIIITTTT.....
BUUUUKKKK...
Terdengar suara rem
mendadak yang disusul dengan suara tabrakan.
“AARRGGHHHH” jerit
seseorang. Dari suaranya, tampak ia sangat merasa kesakitan. Ify merasa sangat
familiar dengan suara itu. Ia segera membalikan tubuhnya menghadap ke jalan
raya. “RIOOOOOOO !!!!” teriak Ify sambil berlari kearah Rio. Ia tidak
memperdulikan luka dikakinya yang sudah berdarah. Ify segera meraih kepala Rio dan
menaruhnya di atas pahanya. Darah dikepala Rio semakin banyak berkeluaran, dan
ada sedikit luka kecil dibagian dahinya. Ify menangis tersedu-sedu, sambil
sesekali menghapus air matanya. Tanpa disadarinya, orang-orang sudah berkumpul
dilokasi kejadian. Beberapa diantaranya mungkin sudah memanggil ambulans.
“Rioooo....hikss hikss lo jangan pergiiii.... huaaaaaaa..... guee.. gue.. nggak
bisa.. hiks... hikss.. hidup tanpa ... hiks.. loo.. HUAAAA” tangisan Ify pecah.
“I... fy... gu.. e.. sa.. yang... ba.. nget... sa.. ma... loe... bah..kan...
cinta.. ba..nget.. loe... ma..u ng..gak... ja..di.. pa.. pa..car... terakhir
gu..e ?” ujar Rio terbata-bata, sambil menyungging-kan senyumannya. Sebenarnya
kalau dicermati, kata yang berhasil Rio ucapkan tanpa terpatah yaitu ‘cinta’dan
‘terakhir’ kalau digabung jadi ‘cinta terakhir’. Belum sempat Ify menjawab, tim
ambulans sudah tiba dan segera mengangkat tubuh Rio agar bisa dimasukan
kemobil. “riooo.. rioo... jangann... pergi...” lirih Ify. Seorang perawat
menghampiri Ify. “Maaf, mbak. Saya orang Indo juga kok. Sebaiknya, untuk
kelancaran perawatan diambulans, anda pergi kerumah sakit menggunakan taxi.
Terima kasih. Permisi” kata perawat itu sambil pergi menaiki ambulans. Tapa
pikir panjang, Ify segera memberhentikan taxi yang kebetulan lewat disitu. Dengan
tergesa-gesa, Ify menaiki taxi itu. “Sir, follow the ambulance.” Ujar Ify
pada sopir taxi tersebut. Mobil segera berjalan mengikuti ambulans itu. Didalam
taxi, Ify sibuk menghubungi Sivia dan Alvin.
***
R.S Haitchi Japan.
Setelah membayar taxi,
Ify segera menyusul ambulans tadi dan ia
mendapati Rio yang sedang dibawa dengan kasur dorong(?). ia mendekati pasien
tersebutdan mulai memanggil nama Rio berulangkali lengkap dengan air mata. Tak
lama kemudian, perawat yang berasal dari Indonesia tadi mengha-mpiri Ify dan
mencegahnya untuk masuk. “maaf, mbak tidak boleh masuk, tunggu disini saja ya”
“tapi, suster... hhh... baik” Ify pun terkulai lemas di kursi tunggu dekat
ruangan ICU. Ia menelungkupkan tangannya tepat diwajahnya, lalu menangis sejadi
jadinya. Ia menyesali segala perbuatan buruknya pada Rio dulu. ‘gue bodoh...’
entah sudah keberapa kalinya ia mengucapkan kata itu dalam hatinya. Tap.. tap.. tap... “Ify ?” seseorang
memanggil nama Ify. Gadis itu mengangkat kepalanya lalu menatap orang itu
dengan tatapan yang sangat sedih. Ia berdiri dan berlari menghampiri orang itu
kemudian memeluknya dan mulai menangis keras. “Kak Viaa.... hikss.. hikss... gue bodoh kak....
gu. .. gue... HUAAAAAAA” “Ify, Ify udah... Rio pasti baik-baik aja kok” ujar
Sivia mencoba menenangkan gadis ini. Sivia mengelus rambut Ify dengan penuh
sayang. “kita duduk dulu yuk” ajak Sivia sambil menuntun Ify yang sekarang
sudah sangat berantakan. Ify hanya menuruti saja. “kak... guee... hikss...
hiks.. gue bodohh.. gara.. gara.. hikss.. gue.. Rio.. celaka.. hiks..” liriih
Ify. “ya udah... itu semua udah jadi... itu kecelakaan Ify.. sekarang kita
tunggu aja ya” “kak.. Alvin ?” “dia nggak datang, Fy. Banyak kerjaan” ujar
Sivia lembut. Mereka berdua menunggu sambil harap-harap cemas.
1 jam...
2jam...
3jam...
Akhirnya dokter Andi
–dokter yg merawat Rio- keluar dari ruang ICU. Ify langsung menghampirinya.
“doookkk.... giimana.. hiks.. keadaannyaa.. ?” tanya Ify disela-sela
tangisannya. “Maaf...” dokter Andi terlihat sangat sedih. “Nyawa... Marioo...
sudahh.. tidak.. tertolong lagii..” ujar Dokter Andi sambil menundukkan
kepalanya. Ify yang mendengar itu menangis sejadi-jadinya. “RIIOOOOOOO ! maafin
guee.... hikss... gue bo..doh.. banget... kalo... aja.. hiks.. gue.. ng..gak
mak..sa.. lo hikss... loo.. ng..gak.. bakal... gi...ni... huuhuhuhuhuuu” Ify
histeris sendiri. Sivia Cuma diam, dan tanpa terasa, setetes mutiara bening
jatuh dari matanya. “LO JUGA BELUM DENGAR JAWABAN GUE.... GUE JUGA SAYANG DAN
CINTA BANGET SAMA LO ! GUE MAU JADI PACAR LO ! RIOOOOOOOO” teriak Ify
sekeras-kerasnya. Ia tidak memperdulikan beberapa orang Jepang menatapnya
dengan tatapan aneh dan beberapa juga menatapnya dengan tatapan kasihan.
Tiba-tiba... CKLEEKK... “Ribut amat sih lo. Orang mau istirahat juga..” omel
seorang cowok. “RIO ? KYAAA.... Lo masih hidup ? ahhhhh...” Ify segera memeluk
cowok tadi yang ternyata adalah Rio. “wooww...wooo.. Ifhh... Fyyhhh... gueh..
nggak bisa ... naphass” ujar Rio kesulitan bernapas karena Ify memluknya sangat
kencang. “BODO !” Ify semakin mengeratkan pelukannya. “ehh.. bentar-bentar...
kata dokter lo udah mati ?” ujar Ify meminta penjelasan pada dokter dan rio.
“hehe.. jadi gini, Fy ceritanya...
Flashback.
Dokter sudah selesai menangani luka kecil dipelipis
Rio. Dan, Rio juga sudah sepenuhnya sadar. “ehhmm... Dok, di depan tadi ada
anak gadis berdagu tirus, rambutnya panjang, terus badannya kurus gitu sama
make behel ?” tanya Rio pada dokter Andi. “hmmm.. ada, ada” jawab dokter Andi
yakin. “Dia sama siapa ?” tanya Rio lagi. “sama cewek agak sipit, berambut
pendek” “ohh... dok bilang ke mereka saya sudah meninggal ya ? saya mau denger
suara seseorang” ujar Rio sambil tersenyum licik. Dokter Andi hanya mengangguk
dan keluar dari ruangan ICU
Flasback End
Gitu” ujar Rio
mengakhiri ceritanya. “Eh.. wait deh... gue kan nembak lo pas kecelakaan...,
jawaban lo apa ?” kata Rio pada Ify dengan nada menggoda. Sebenarnya, Rio sudah
tau jawabannya. Sivia yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. “huh,
dasar... sementara kecelakaan, bukannya pikirin nyawa, malah mikirin
perasaan... ckckckckck... anak muda jaman sekarang” ledek Sivia. “yee... emang
lo sama Alvin, jadiannya di depan jamban orang, dekat tempat pembuangan sampah
lagi... ishhh” Rio bergidik ngeri. “jangan buka kartu” ujar Sivia malu. Rio,
Ify bahkan dokter Andi terkekeh pelan. “jadi, apa jawaban lo ?” Rio kali ini
berahli kearah Ify. “gue nggak mau. Lo sih, pake boongin gue” ujar Ify kesal.
Rio mengembangkan senyumnya. “oh ya ? lo nolak gue ? terus siapa teriak-teriak
‘LO JUGA BELUM DENGAR JAWABAN GUE.... GUE JUGA SAYANG DAN CINTA BANGET SAMA LO
! GUE MAU JADI PACAR LO ! RIOOOOOOOO’.... terus siapa juga yang peluk-peluk gue
tadi ?”ujar Rio sambil menirukan gaya bicara Ify. Gadis yang satu ini, malunya
minta ampun. “lo kan udah, tau.. pake nanya lagi” gumamnya. Tanpa pikir
panjang, Rio segera memeluk kekasih barunya itu. “thanks, Fy. I love you
Alyssa” bisik Rio tepat ditelinga Ify. “I love you too, Mario” balas Ify.
Bahkan, hubungan mereka sudah sampai dipelaminan. Dan sekarang...
“MAMI.... PAPI !!!!!
kalian kok pacalan mulu sih. Lyssa dicuekin telus” kesal seorang gadis kecil
yang sangat cantik dan imut. Ia memasang wajah cemberut. Mendengar itu, Rio dan
Ify segera menghampiri anak pertama mereka. “maaf, Ryssa. Jangan cemberut gitu
dong... kamu jelek tau” ujar Rio sambil mencubit pipi anaknya gemas. “aduh...
mami... papi cubit pipi Lyssa nih... cakit” lapor Ryssa pada mamanya. “oh, ya.
Mami, papi. Alti nama Malyssa itu apa, cih ?” tanya gadis kecil itu pada kedua
orang tuanya. “Maryssa itu, singkatan dari Mario Alyssa.” Jelas Ify pada
putrinya. “ohh... mami, papi, Lyssa pengen punya balbie balu. Yang ada cicilnya
cama mahkotanya.. yaya ?” pinta Ryssa pada kedua orang tuanya. “siap, tuan
puteri” Rio lalu menggendong anaknya. Ify yang melihat itu merasa bersyukur
sekali dan tak lupa juga, sangat bahagia sekali. Bahagia itu... sederhana.
Mario Stevano Aditya Haling
Alyssa Saufika Umari
Hahahahaa... editan gue tuh yang diatas ._.v
Langganan:
Postingan (Atom)